Ketemu Teman di Tukang Pangkas

Namanya Maruba Silitonga, seorang Nasrani. Dulu satu SMA dengan saya dan kami sama-sama pernah jadi paskibra sekolah. Suatu waktu saya ketemu dengan dia di tempat tukang pangkas, tanpa janjian. Kami sama-sama antri menunggu giliran cukur rambut. Karena ketemu dengan teman lama, waktu mengantre itu kami pakai bekombur alias ngobrol basa basi (dalam istilah melayu). Topiknya dari mulai nostalgia teman-teman SMA sampai ke urusan bisnis. Pokoknya macam-macam. Hingga tiba panggilan si Abang tukang pangkas dan dia yang memang duluan ada di sana pun maju ke kursi eksekusi. Obrolan selesai. 

Setelah sesi pangkas si Maruba selesai, selanjutnya giliran saya. Tanpa banyak ba-bi-bu lagi dia pun pamit, say goodbye pada saya dan pulang lebih dulu. Saya membalasnya dengan senyum. Kemudian saya pun duduk di kursi pangkas, menyaksikan kepala saya yang sudah 'semak' ini dirapikan oleh si Abang tukang pangkas dengan cekatan. Akhirnya sesi pangkas rambut hari itu selesai. Namun saat saya hendak membayarkan ongkosnya, si Abang dengan santai bilang, "Sudah dibayari sama temannya tadi". MasyaAlloh, ternyata hari itu saya ditraktir pangkas oleh si Maruba. Inilah kali pertama saya pangkas gratis. Dan pengalaman itu cukup berkesan buat saya.

Saya tahu betul siapa Maruba. Kalau dipandang dari sisi ekonomi dia bukan orang kelas atas. Bukan pula orang dari keluarga kaya. Aktivitas utamanya saat itu distributor pupuk bersubsidi, ditambah beternak beberapa ekor bebek. Kadang juga nyambi berdagang alas kaki di malam hari. Tapi itulah pertemanan, berbagi adalah berbagi. Tidak harus menunggu sejahtera dulu.

Saya pun menerawang diri sendiri. Jangan-jangan spirit berbagi saya sekarang ini masih kalah. Padahal saya seorang muslim, yang berulangkali Alloh ajak untuk berbagi. Meski seorang Nasrani, Maruba mengaplikasikan satu akhlak sederhana yang sungguh diajarkan dalam Al Qur'an. Ya, ini akhlak sederhana. Mungkin terlalu sederhana hingga sebagian muslim abai daripadanya. :-)

-----------------------------------------
*Kedai tukang pangkas di cerita ini: Pangkas 'Rafli' di Jl. Imam Bonjol Kisaran, di dekat Pangkal Titi, samping warung mie goreng Hamlet.
(Promosi, hehehe)

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?