Masih Khawatir Kita tak Kebagian Rizki?
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (At-Thalaq: 2-3)
Seorang sahabat pernah mengeluhkan masalahnya pada saya. Masalah klasik sebenarnya. Ia bingung memilih, antara menikah dahulu atau mapan dahulu. Kebingungan itu yang akhirnya membuatnya urung mengambil keputusan. Di satu sisi ia sudah punya calon yang dikiranya layak untuk dinikahi, tapi di sisi lain ia memang merasa belum mapan secara finansial. Bisnis yang selama ini digelutinya 'hanya' mampu menghasilkan beberapa ratus ribu saja dalam sebulan. Ia khawatir dengan kondisi seperti itu bila nekad memutuskan untuk menikah maka ia justru akan menjerumuskan pasangannya nanti ke ketidakbahagiaan.
Persoalan seperti ini memang kerap terjadi dan kerap memakan 'korban'. Perasaan bingung itu memang tak menyenangkan bukan? Kalau tak kuat iman, kadang persoalan seperti inilah yang saya kira menjerumuskan sebagian muda-mudi kita dalam aktivitas yang tidak dibenarkan. Mereka ingin mereguk manisnya asmara tapi secara 'de facto' merasa belum sanggup bertanggung jawab untuk itu lahir batin.
Jadi bagaimana penyelesaiannya? Hmm, saya pribadi sesungguhnya bukan orang yang tepat untuk dimintai solusi karena masih merasa minim pengalaman. Pun tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas itu lebih lanjut. Andai saya berada dalam posisi beliau, yang saya lakukan adalah sholat istikharah, mohon petunjuk pada Alloh about what to do next. Alloh tempat memohon petunjuk dan dari Alloh lah segala jalan keluar masalah itu berasal.
Yang jadi titik perhatian saya adalah persepsi kita (manusia pada umumnya) tentang rizki dari Alloh. Saya jadi teringat sebuah carita tentang H. Fakhrudin, seorang fungsionaris Muhammadiyah generasi awal. Suatu hari beliau merasa kehidupannya dan keluarganya sedang 'seret' dalam hal ekonomi. Beliau pun lalu menjumpai gurunya, KH Ahmad Dahlan untuk memohon izin berhenti sementara dari kegiatan dakwahnya di Muhammadiyah karena ia mau memfokuskan diri berdagang saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. KH Ahmad Dahlan pun menjawab, "Apakah engkau kira setelah meninggalkan dakwah lalu berdagang saja lantas engkau akan menjadi kaya? Bukankah hanya Alloh yang memberi rizki?" Mendengar perkataan gurunya itu, H. Fakhrudin pun terpekur dan malu pada dirinya sendiri. Ia tak jadi berhenti bahkan makin giat berdakwah. Dan ternyata Alloh tidak menghentikan rizkinya. H. Fakhrudin sekeluarga hidup berkecukupan*.
Dalam bilik-bilik hati kita memang terkadang muncul keraguan pada janji Alloh bahwa semua makhluk telah dijamin rizkinya. Alloh sudah menciptakan segala makhluk, termasuk kita, lengkap dengan rizkinya. Itulah sebabnya mengapa beberapa ulama lebih suka dengan istilah 'menjemput rizki' ketimbang 'mencari rizki', karena sejatinya rizki itu sudah tersedia. Di soal keyakinan inilah kita perlu kembali memantapkan hati, bahwa meragukan rizki ibarat meragukan air laut yang asin. Dengan demikian yang lebih patut kita sibukkan bukanlah memikirkan apakah rizki untuk kita ada atau tidak, tapi bagaimana usaha kita untuk menjemput rizki tersebut.
Lantas banyak dari kita yang mungkin lupa bahwa cara kita menjemput rizki bukan hanya dengan bekerja, berbisnis, ataupun yang lainnya. Satu hal yang tidak boleh luput saat kita berusaha menjemput rizki adalah memelihara ketakwaan. Ya, ketakwaan kita adalah alat kita untuk mencapai rizki. Itulah mengapa manifestasi ketakwaan seperti bersedekah, bersilaturrahim, menjaga perasaan orang lain, sholat-sholat sunnah, dan sebagainya dikabarkan mampu mendatangkan rizki. Siapa yang tak kenal Ust. Yusuf Mansyur dengan kampanye sedekahnya? Berkali-kali kita mendengar ceramah beliau bahwa rizki itu berbanding lurus dengan sedekah. Begitu juga dengan tulisan-tulisan Ippho Santosa tentang korelasi rizki dengan sholat dhuha dan silaturrahim. Dan sebagainya. Semua itu adalah manifestasi ketakwaan.
Cukuplah janji Alloh ini menjadi jaminan bagi kita, sehingga tak lagi meninggalkan keraguan barang secuilpun. Bukankah Alloh tak pernah ingkar janji?
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (At-Thalaq: 2-3)
Masihkah kita khawatir tidak beroleh rizki? Tidak perlu. Khawatirkanlah diri kita, jangan-jangan kita masih belum cukup bertakwa. :-)
Wallohua'lam
---------------------------------
*) sumber cerita, buku Matahari-matahari Muhammadiyah, Djarnawi Hadikusuma, 2010
---------------------------------
*) sumber cerita, buku Matahari-matahari Muhammadiyah, Djarnawi Hadikusuma, 2010
Comments
Post a Comment