Posts

Showing posts from January, 2020

Bumi Manusia [Resensi]

Image
Ketidakadilan itu bisa merampas hal yang paling berharga dari kita, dengan cara yang tak berperikemanusiaan.  Mungkin itu kesan yang saya peroleh seusai menuntaskan novel ini.  Sejujurnya saya memang agak ketinggalan. Salah seorang teman yang anak bahasa bilang, ini bacaan mahasiswa di semester pertama. Teman seasrama dulu malah sudah punya kumpulan tetraloginya. Dan begitupula mungkin banyak di antara teman-teman yang sudah membaca lebih dulu. Tapi untungnya tak ada istilah kadaluarsa untuk sebuah karya besar. Novel Pramoedya ini salah satunya. Bagi teman-teman yang belum baca atau nonton filmnya, novel ini bercerita tentang sosok Minke, seorang Bangsawan Pribumi Jawa, yang menjalin kisah kasih dengan seorang Indo bernama Annelies. Hubungan mereka bisa dikatakan rumit karena berhadapan dengan kultur yang serba kontradiktif. Ibunya Annelies adalah seorang “gundik”, dengan segala stigma negatifnya (yang Minke sadari berbeda dengan kenyataannya). Annelies sendiri malah

Taashub itu Berbentuk Mencela Ulama

Pagi ini hati saya sedikit sesak melihat twitter salah seorang ulama yang saya kagumi, Aa Gym, diserang netizan. Sebuah serangan yang saya nilai tidak berkaitan langsung dengan substansi yang beliau (atau adminnya) post pada waktu itu. Tapi semua yang melihatnya tentu paham bahwa asal-muasal dari serangan itu adalah ashobiyah politik. Aa Gym sebelumnya posting sesuatu yang dimaknai netizen sebagai pembelaan atas Anies yang dikritik soal banjir Jakarta. Mereka berang. Anies salah menurut anggapan mereka, maka membela yang salah berarti dia ikut bersalah. Lantas berbuntut ke mana-mana lah postingan itu. Baranya belum reda, dan ketidakpuasan netizen berlanjut ke postingan-postingan setelahnya meski tak lagi berkaitan. Sebelum Aa Gym kemarin Ust Yusuf Mansur juga demikian. Beliau pernah keliru berstatemen soal Uighur, lalu beliau dimaki-maki netizen yang tak puas. Dalam kasus ini pun, menilai dari tendensi dan cara netizen merespon, kita bisa tebak dengan mudah bahwa latar belakangny

Pengalaman Naik Gerbong Luxury

Image
Akhir tahun 2019 yang lalu saya berkesempatan mencoba naik kereta api kelas Luxury Argo Bromo Anggrek dari Semarang menuju Jakarta. Karena safarnya dalam rangka tugas kedinasan, sebenarnya saya dapet jatah PP naik pesawat udara, namun karena jadwal waktu itu qodarulloh selesai di akhir pekan saya pikir tidak ada salahnya mencari pengalaman baru. Toh in total biaya tiket PP yang harus saya keluarnya jadi lebih murah. Singkat cerita, kereta api Luxury ini mirip sekali dengan kondisi sleeper bus. Letaknya ada di gerbong sendiri. Dalam kasus saya, dia persis di belakang gerbong masinis. Yang beda dengan kelas lainnya tentu saja kursinya, yang kalau tidak salah cuma ada 18 di satu gerbong itu. Kelebihannya dia berukuran jauh lebih besar dan bisa dimiringkan hingga nyaris 180 derajat sejajar dengan dudukannya, jadi kita bisa tidur rebahan. Panel kontrol kemiringannya sudah digital. Lalu ada layar monitor (untuk hiburan) di bagian depan, colokan listrik dan semacam lemari kecil di sebel