Lapang Hati Pilihan Hidup

Hari ketika tulisan ini dibuat, seorang teman sedang berulang tahun. Subhanalloh, 'inbox' di facebook beliau penuh dengan ucapan selamat ultah, kalimat-kalimat penyemangat dan sejenisnya. Dari sana orang yang melihat sudah agak mafhum bahwa si empunya yang ulang tahun ni adalah sosok yang cukup luwes, punya bergaulan luas, dan cukup dihargai dalam pergaulannya. Alangkah bahagianya menjalani kehidupan dunia dengan kondisi seperti itu.

Di sisi lain teringat sebuah film bertajuk GIJOE. Meskipun sudah agak lawas, tapi masih cukup menarik untuk ditonton. Bagian yang sedikit berhubungan dengan tema tulisan ini adalah fragmen tentang masa kecil si 'ninja putih' yang hidup dalam iri dengki dan dendam pada orang lain. Ya, mirip kisah putra Nabi Adam as yang karena dengki, berujung pada keputusan sadis, membunuh orang lain.

Dunia di pandang dari satu sisi mirip seperti koin yang punya dua wajah. Ada kabaikan dan ada keburukan. Ada terang dan ada pula gelap. Ada kegembiraan sebagaimana ada pula kesedihan. Ada orang yang berhati sempit dan ada juga yang berhati lapang. Itu sunnatullahnya. Tapi manakah pilihan kita? Meskipun dua wajah itu selalu ada, tapi ia tidak pernah onboard langsung terinstall di diri kita. Kita lah yang Alloh beri kebebasan untuk memilih yang mana. So, menjalani hari dengan hati sempit adalah pilihan dan bukan paksaan sebagai mana kita melewati hidup ini dengan hati yang lapang.

Sosok empunya milad yang diutarakan sebelumnya adalah sosok yang lebih memilih untuk menjalani hidup dengan senyum pada orang-orang sekitarnya. Itu keputusannya, yang secara konsekuen dijalanjinya di masa lalu dan tetap begitu hingga saat ini. Hasilnya, tentu saja berbanding lurus dengan keputusan itu.

Kembali teringat dengan fragmen salah satu film yang dibintangi oleh Duta Sheila on 7 yang bertajuk 'Tak Biasa'. Di siti dikatakan bahwa sesungguhnya hidup ini adalah pilihan, dan hidup ini terlalu singkat untuk dilewati bersama pilihan yang salah.

Ya, ini lah hidup. Kita berhak dan memang selalu berhak untuk memilih. Kita diberikan dua jalan. Jalan fujur (dosa) dan jalan ketakwaan. Maka siapakah di antara kita yang mau memilih jalan fujur itu?

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?