Rumus Bahagia




Selama ini mungkin tak sedikit dari kita yang selalu minta lebih sama Alloh, ingin segera menikah, ingin segera mapan, dapet kerjaan, ingin punya gaji besar, ingin bisa kuliah di luar negeri, dan sebagainya. Plus, biasanya kita juga ingin yang dimiliki orang lain, yang belum kita miliki. Dengan anggapan jikalau keinginan itu Alloh penuhi maka kita akan lebih bahagia. Tapi, apa iya itu akan membuat kita lebih bahagia? 

Bagi saya pribadi, sesungguhnya pintu masuk yang menjadi penentu kebahagiaan adalah rasa syukur. Bukan terpenuhinya keinginan. Kalau dimodelkan dengan persamaan matematis, kira2 jadinya begini:

B = S (H + P + I + C + X)

di mana:
B = Nilai kebahagiaan
S = Nilai kesyukuran
H = Nilai harta materiil
P = Nilai prestise/self esteem
I = Nilai ilmu dan kecerdasan
C = Nilai hubungan dengan sesama
X= Nilai Error (Nilai lain2 yang tidak tercover dalam model)

Maka, makin bersyukur kita, insyaAlloh makin bahagia pula kita. Sebaliknya, kalau syukurnya tidak ada, maka semua itu juga tidak ada pengaruhnya. Itu sebabnya ada orang yang secara materil tampak berkekurangan namun tetap bisa bahagia, karena ia sanggup mensyukuri apa yang ia punya. Nilai syukurnya luar biasa besar.

Jadi, sebelum jauh-jauh meminta dilimpahkan karunia, Rosululloh saw sudah mangajarkan kita doa: Allohumma a'inni 'ala dzikrika wasyukrika, wahusni 'ibaadatik", Ya Alloh, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.

#Syukuri dulu apa yang sudah ada, baru meminta lebih :-)

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?