Menikmati Kerja Keras

Banyak orang yang sudah mengetahui bahwa kerja keras dan kesuksesan selalu berbanding lurus. Tak ada orang sukses yang tidak melalui sebuah koridor yang bernama kerja keras. Namun, meski banyak orang yang tahu, barangkali tak sebanyak itu orang yang bersungguh-sungguh melakukannya. Hal itu bisa karena berbagaia alasan. Kehilangan waktu, perasaan tak enak, meninggalkan zona nyaman, opportunity cost yang terlalu mahal, atau hal lainnya yang bisa diterka. Dalam kehidupan manusia, alasan-alasan tersebut tampak wajar. Itulah mengapa kesuksesan masih dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Istimewa karena ia langka, dan tak banyak yang mendapatkannya. Setidaknya menurut ukuran manusia.

Jika kita sepakat bahwa tak ada yang namannya sukses tanpa kerja keras, konklusi sederhananya adalah, jangan berharap bisa sukses tanpa kerja keras. Benar bukan? Nah, di tengan berbagai alasan mengenai keengganan sebagian orang untuk bekerja keras, tentu saja ada hal lain yang bisa membalikkannya. Dengan kata lain, apa yang bisa menyebabkan sebagian orang yang lain rela bekerja keras? Satu hal yang cukup realistis untuk dikemukakan adalah, bahwa mereka adalah orang-orang yang secara sadar memilih untuk menyukai aktivitas bekerja keras. Kerja keras yang mereka lakukan dinikmati sepenuh hati.

Lalu bagaimana aktivitas kerja keras bisa dinikmati sementara sebagian orang malah tak menyukai? Ada beberapa faktor yang saya kira cukup menjadi penyebabnya. Pertama, aktivitas yang mereka lakukan ada dalam ranah hobi mereka. Contoh sederhana, bagi orang yang keranjingan video game seperti saya (hehehe), akan rela menghabiskan berjam-jam waktunya untuk bermain game, tanpa ada perasaan bete atau bosan. Orang yang melihat mereka mungkin sangat merasakan dengan jelas “kerasnya” aktivitas yang mereka lakukan. Contoh lain, orang yang demen nge-band atau menonton televisi mungkin juga akan merasakan kondisi yang sama dengan orang yang menyukai video game tadi. Pertanyaannya adalah, adakah orang yang punya hobi mengaji, yang rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengaji? (silakan dijawab sendiri ^_^).
Kedua, hal yang membuat orang menikmati kerja kerasnya adalah mereka yang memiliki visualisasi yang jelas mengenai menfaat yang akan mereka peroleh dengan bekerja keras tersebut. Contoh konkretnya ada pada orang yang sedang bertanding sepakbola memperebutkan gelar juara dunia. Jibaku dalam bekerja menjadi hal yang biasa buat orang yang punya keinginan jelas serta spesifik. Tak jarang bahkan, dalam contoh yang lain, kerja tersebut dilakukan dengan menghalalkan segala cara (yang ini jangan dicontoh ya). Mungkin kata menikmati menjadi kata yang sedikit kurang tepat untuk menggambarkan hal ini, tapi setidaknya kerja keras itu dilakukan dengan penuh kerelaan. Semakin ingin kita mencapai tujuan, semakin besar kerelaan hati kita untuk bekerja keras.

Faktor ketiga, adalah ekspektasi atau standar yang tinggi dalam kebiasaan mereka. Contohnya, ada orang yang merasa jogging satu km itu sesuatu yang sangat berat, tapi ada juga orang yang menganggap itu sangat ringan. Pola kebiasaan dan paradigma memperngaruhi hal ini. Sehingga kemudia tidak heran jika kita menemukan orang yang menurut pendapatnya sendiri sedang bekerja biasa-biasa saja, tapi orang lain yang melihatnya berpendapat ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa keras.

Dari tiga faktor di atas, dapat terlihat bahwa semuanya sangat bergantung pada pribadi masing-masing. Faktor luar mungkin berpengaruh, namun pengaruh itu sangat tidak signifikan jika dibandingkan dengan kehendak bebas yang Alloh karuniakan pada diri setiap manusia. Dengan demikian, kemampuan kita untuk bekerja keras tidak bergantung pada bagaimana kondisi kita tapi lebih kepada bagaimana kita menyikapi diri kita. Kitalah yang memilih. Jika kita ingin sukses menjadi seorang hafizh Qur’an 30 juz misalnya, kerja keras tentu mejadi sayarat sebagaimana kesuksesan dalam hal lainnya. Kemampuan diri kita menginternalisasikan hal yang berkaitan dengan itu manjadi hobi, menggandakan ekspektasi dan standar pribadi, serta penguatan manfaat dalam visualisasi, insyaAlloh akan sangat membantu kita meraih cita-cita yang kita idam-idamkan.

Wallohua’lam bishowab. Selamat bekerja keras ^_^ !

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?