Pengalaman Naik Gerbong Luxury

Akhir tahun 2019 yang lalu saya berkesempatan mencoba naik kereta api kelas Luxury Argo Bromo Anggrek dari Semarang menuju Jakarta. Karena safarnya dalam rangka tugas kedinasan, sebenarnya saya dapet jatah PP naik pesawat udara, namun karena jadwal waktu itu qodarulloh selesai di akhir pekan saya pikir tidak ada salahnya mencari pengalaman baru. Toh in total biaya tiket PP yang harus saya keluarnya jadi lebih murah.

Singkat cerita, kereta api Luxury ini mirip sekali dengan kondisi sleeper bus. Letaknya ada di gerbong sendiri. Dalam kasus saya, dia persis di belakang gerbong masinis. Yang beda dengan kelas lainnya tentu saja kursinya, yang kalau tidak salah cuma ada 18 di satu gerbong itu. Kelebihannya dia berukuran jauh lebih besar dan bisa dimiringkan hingga nyaris 180 derajat sejajar dengan dudukannya, jadi kita bisa tidur rebahan. Panel kontrol kemiringannya sudah digital. Lalu ada layar monitor (untuk hiburan) di bagian depan, colokan listrik dan semacam lemari kecil di sebelah kursi lengkap dengan kuncinya, kemudian ada pula ruang di bagian depan untuk menyimpan barang bawaan (meskipun di atas sudah ada ruang bagasi), dan yang saya suka: ada tempat sampah untuk setiap kursi. Tersedia pula bantal kecil, selimut kecil, dan kain penutup mata untuk tidur.

Untuk pelayanannya sendiri kelebihan dibandingkan gerbong ekonomi atau eksekutif itu kita dapet makan siang, cemilan, minuman ringan, puding, buah jeruk, dan kopi yang semuanya free. Selain itu ada juga seorang petugas di gerbong itu yang fungsinya mirip pramugari di pesawat udara. Beliau yang menyajikan semua panganan tadi sekaligus tempat bertanya andai kita butuh informasi tertentu.

Sebagai orang yang cukup sering naik kereta api, kelas Luxury ini memang terasa benar-benar nyaman. Jelas lebih nyaman ketimbang kelas lainnya. Waktu tempuh yang kurang lebih 5 setengah jam saya lewati tanpa merasa capek. Kekurangannya barangkali cuma satu: karena posisinya persis di belakang gerbong masinis, maka suara klakson kereta terdengar nyaring sekali sehingga cukup mengganggu istirahat.

Lalu kesimpulannya, dengan harga kira-kira dua kali lipat gerbong eksekutif, apakah value yang ditawarkan dari gerbong ini worth it? Menurut saya untuk special trip, ya. Misalnya ketika kita diharuskan untuk jalan ketika kondisi kurang prima, atau sedang butuh momen untuk recovery. Termasuk untuk mencari pengalaman pertama. Tapi untuk trip-trip biasa yang sifatnya casual, terlebih yang bawa rombongan dan anggota keluarga sepertinya akan kurang pas karena konsep kelas ini memang lebih berorientasi privasi.

Berikut ini sekilas foto-foto di gerbongnya.

Kondisi gerbong Luxury, hanya ada satu kursi per section


Kursi Luxury, bisa direbahkan nyaris 180 derajat


Panel kontrol, untuk mengatur posisi kursi, menyalakan lampu baca, memanggil petugas, dan mengatur layar monitor


Lemari kecil untuk menyimpan barang berharga sementara waktu, di bawahnya ada colokan listrik

Dapet selimut kecil dan kain penutup mata


Ada monitor kecil untuk sarana entertainment, tapi channelnya masih sedikit waktu itu

Dapet air putih, minuman ringan, snack, plus makan dan kopi gratis


Terakhir, narsis dikit :)

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?