Ramadhan: Rehat Sejenak dari Facebook

Lorong di Hotel Mercure Bandung

Bulan Ramadhan tahun ini adalah saatnya buat saya untuk rehat sejenak dari lini masa facebook. Sebagai pengguna setia facebook sejak tahun 2009, saya jadi mafhum akhir-akhir ini lini masa fb agaknya berubah corak dari sebelumnya berupa wadah untuk silaturrahim dan nostalgia plus tukar informasi menjadi kontes debat dan adu pemikiran. Gak terlalu masalah sih sebenernya kalau cuma itu. Yang jadi masalah kalau debat dan diskusinya itu diiringi juga dengan bullying, provokasi (termasuk di dalamnya pekabaran hoax) dan aktivitas lainnya yang bikin hati keruh.

Sebenarnya masih banyak juga sih teman-teman yang stay positif ngeshare info-info bermanfaat, share guyonan berkualitas, posting tausiyah, atau sekedar berbagi kebahagiaan. Tapi karena time line itu nyampur isinya, ya kadang pas ngeliat fb lama-lama hati jadi panas juga. Pengen nimbrung debat, pengen klarifikasi info-info yang miss dan disalahpahami dan seterusnya. Tapi saya sadar konsekuensinya. Debat-debat seperti itu rasa-rasanya gak akan selesai-selesai. Bakal ada aja terus. Jadi nimbrung hal begituan akan sangat menghabiskan waktu. Sementara saya punya resolusi Ramadhan.

Nah, demi menjaga kondusifitas suasana hati sekaligus menyiasati waktu supaya bisa dialokasikan untuk mencapai target-target Ramadhan yang sudah dibuat, akhirnya saya putuskan untuk rehat sejenak dari fb. Bukan nonaktif total sih, tapi sekedar membatasi durasi dan frekuensi kunjungan. Kalaupun buka fb, saya gak boleh nimbrung debat. Selain itu waktu buka Al Qur'an harus lebih banyak ketimbang waktu buat fb-an.

Sampai dengan hari ke-9 Ramadhan, disiplin seperti ini saya rasakan benar-benar bermanfaat. Selain menyadarkan betapa besarnya waktu yang sudah “dirampok” oleh fb ini, saya jadi benar-benar bisa punya waktu untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Selain itu menjaga jarak dengan fb juga terbukti efektif menjaga suasana hati. At least, berita-berita atau postingan-postingan yang bikin tepok jidat jadi nggak banyak dilihat. Kesimpulannya, ini program yang nampaknya perlu diteruskan sampai akhir Ramadhan. Atau malah seterusnya? :)

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?