Di Pengajian Muhammadiyah

Sebenarnya ini bukan kali pertama ikut di pengajian Muhammadiyah. Sudah banyak rentetan pengajian-pengajian sebelumnya, baik di kelas, di masjid, di tanah lapang, di media cetak, media elekronik, dan di mana-mana. Tapi kali ini cukup spesial karena pengajiannya diadakan di rumah, dan undangannya bil khusus dari Pak Akhyar, langsung, verbal, dan seketika. Semakin spesial karena pengajiannya bersama para tetua yang sudah mengaji lama di sana. Jadilah saya newbie. Saya yang memang sedang tak punya agenda khusus saat diundang kemudian menganggap "kenapa tidak"? Toh ini jadi awalan yang bagus untuk menambah jaringan silaturrahim.

Jadilah hari itu saya ikut pengajian. Secara garis besar model pengajiannya mirip dengan pengajian arisan biasa. Datang, bercengkrama sejenak, mendengarkan ceramah, tanya jawab, dan diakhiri dengan makan bersama. Materi yang disampaikan kali ini berkisar tafsir QS Al Baqoroh halaman 5, tepatnya tentang sifat-sifat orang fasik.

Orang fasik itu punya ciri-ciri:
Pertama : Senantiasa mengingkari perjanjian yang telah ia buat, terlebih-lebih terhadap Alloh
Sejak dalam kandungan, semua manusia tanpa kecuali sesungguhnya telah bersyahadah (bersaksi) di hadapan Alloh dan mengakui bahwa Alloh lah satu-satunya Tuhan. Ini diterangkan dalam QS Al A'raf. Dalam perjalanannya semenjak lahir, pergulatan kehidupan pun memunculkan dua sosok manusia, antara yang menepati perjanjiannya dan yang mengingkarinya. Bentuk pengingkaran itu bisa beragam, dari yang paling ekstrim seperti mengadakan tandingan bagi Alloh, ataupun perkara sederhana seperti maksiat-maksiat. Nah, jika kita tidak ingin disebut fasik oleh Alloh, maka pastikan kita tidak termasuk orang-orang yang mengingkari janji.

Kedua : Memutus tali silaturrahim
Di antara bentuk memutus silaturrahim adalah memecah belah, dan tak mau berbicara pada saudaranya. Memecah belah di sini bisa dimaknai dalam konteks organisasi, seperti bermuka dua dan menyebar aib saudaranya. Pun bentuknya bisa dengan memperpanjang permusuhan, tak mau baikan, dan tidak peduli pada saudaranya. Tidak mempergauli seseorang lagi juga bentuk pemutusan silaturrahim. Dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa seorang mukmin diharamkan untuk tidak berbicara pada saudaranya lewat dari 3 hari.Sebenarnya Rosululloh sendiri tak menyukai orang yang tak mau berbicara meski hanya sehari. Namun Islam sebagai agama fitrah, cukup pengertian dengan memberikan treshhold selama 3 hari itu untuk menenangkan diri. Jadilah, 3 hari itu batasan yang universal. 

Ketiga: Berbuat kerusakan di muka bumi
Kerusakan yang dibuat di bumi terkadang tidak hanya berbentuk tindakan langsung seperti penebangan hutan, pembakaran fasilitas publik, berbuat kerusuhan dan sebagainya, tapi juga mencakup kebijakan. Artinya, saat seseorang (misalnya pimpinan) mengeluarkan sebuah instruksi atau membiarkan sebuah kebijakan yang sifatnya merugikan orang banyak, maka ia sudah terlibat dalam pemberian gelar fasik bagi dirinya sendiri. Na'udzubillahi min dzalik.

Itulah ciri-ciri orang fasik yang dibahas pada hari itu. Namun sebenarnya, ada hal lain lagi yang saya pelajari di luar materi ceramah, yakni kebiasaan dalam makan. Di mana letak pelajarannya? Selama ini tidak jarang saya temui orang yang menyisakan makanan di piringnya. Mubazir. Banyak terlihat di kondangan-kondangan, rumah makan2, ataupun di rumah sendiri. Namun pada acara pengajian itu, ketika selesai makan, semua piring yang digunakan peserta pengajian benar-benar bersih. Tak tersisa satu butir makanan pun (kecuali yang memang tidak bisa dimakan). Ya, tidak hanya satu dua orang tapi semua peserta. Saya yang masih baru di situ kaget sekaligus kagum, dan ikut menghabiskan makanan yang masih tersisa di piring saya. Subhanalloh. Mereka mepraktekkan ilmu anti mubazir langsung dalam pengajian. Dan ilmu itu benar-benar terbawa oleh saya sampai sekarang. Ada perasaan malu andai jadi 'anak ngaji' tapi makanan masih nggak bersih.

Itulah sekelumit cerita tentang pengajian kali ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.Jikalau ada kekurangan saya mohon maaf
^_^

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?