Posts

Showing posts from 2018

Fikih Nawazil [Resensi]

Image
Nawazil dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari kata nazilah. Kata yang sama dengan yang ada di belakang kata ‘qunut nazilah’. Secara istilah, nazilah diartikan peristiwa atau persoalan baru yang muncul. Ketika disandingkan dengan kata fikih di depannya, maka dia bermakna fikih yang terkait dengan upaya penjabaran hukum dari peristiwa-peristiwa dan persoalan baru. Dalam bahasa sederhana, fikih nazilah adalah fikih kontemporer. Buku ini membahas banyak persoalan, diantaranya keniscayaan ijtihad dalam merespon hal-hal baru, bagaimana kaidah-kaidah berijtihad, apa saja hal-hal yang harus jadi pertimbangan pada saat berijtihad, seperti apa ketentuan dalam memilih madzhab, bagaimana berinteraksi dengan perbedaan pendapat para ulama, apakah boleh sengaja mencari-cari pendapat yang meringankan (rukhshah) dari suatu persoalan, dan sebagainya. Bagi saya bahasan-bahasan ini semuanya menarik. Temanya relevan di tengah bermacam ragamnya pemikiran keislaman seiring dengan merebaknya

Melangkah ke Arah yang Benar, secara Estafet

Desember 2016, Belanda berhasil mentransformasikan seluruh angkutan berbasis rel mereka menggunakan 100% energi terbarukan, berupa listrik yang digenerate dari tenaga angin. Capaian ini sebenarnya meleset karena target Go Green mereka adalah di tahun 2012. Namun yang perlu kita tahu, perencanaan mereka untuk Go Green sudah disusun jauh sebelumnya di tahun 1980. Negeri Eropa Barat seperi Belanda, dengan jumlah penduduk yang gak sampai separuhnya jumlah penduduk Jawa Barat, but uh waktu 36 tahun untuk merealisasikan rencana semacam itu. Poinnya di sini adalah kesabaran. Gak ada visi besar yang ujug-ujug jadi. Yang lebih penting katimbang kapan dia dicapai, adalah konsistensi melangkah ke arah yang benar, secara estafet. Konsistensi ini yang menurut saya masih jadi PR bersama kita. Kesediaan untuk melanjutkan langkah tak akan hadir tanpa kearifan untuk mengapresiasi hal baik yang sudah diwariskan oleh rezim sebelumnya. Fenomena saat ini menunjukkan kondisi yang justru sebaliknya. K

Apakah Blog Masih Relevan?

Hampir 1 tahun blog ini vakum. Sempat ada jeda 11 bulan antara satu tulisan dengan tulisan lainnya. Buat saya tahun ini  sepertinya memang lebih sibuk ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tapi itu bukan alasannya. Alasannya barangkali lebih berupa sekelebat pemikiran, apakah blog saya ini masih relevan di tengah beralihnya preferensi pengguna internet ke platform yang lebih multiindera seperti instagram atau youtube dengan vlog-vlognya. Siapa yang akan jadi pembaca tulisan saya? Jawaban singkatnya barangkali ya, blog semakin tidak relevan. Atau tidak juga. Tergantung apa isi yang dimuat di blog-blog seperti ini. Saya pribadi masih berkunjung ke berbagai blog meskipun frekuensinya jauh lebih sedikit ketimbang kunjungan saya ke youtube, instagram, twitter, atau facebook. Kelebihan youtube dan instagram ada pada kemampuannya memberikan rasa nyaman dalam mengeksploit sensorik pemirsanya melalui gambar dan suara. Twitter, atau facebook juga demikian, ditambah lagi dengan captive audience ya

Onward [Resensi]

Image
Teman-teman pernah ke Starbucks? Saya belum pernah. Dan saya tak begitu kenal Starbucks hingga saya membaca buku ini. Sebelumnya saya memang mencari-cari buku bergenre bisnis yang menarik. Alhamdulillah pilihan saya ternyata tidak salah. Ini buku yang cukup insightful. Namun ini bukan tentang sejarah Starbucks. Meskipun ia disinggung sedikit di awal, fokus pembahasannya lebih kepada transformasi yang dilakukan Starbucks ketika mereka menghadapi krisis di 2008. Jadi ceritanya pada akhir tahun 90-an hingga 2000-an awal, Starbucks itu termasuk perusahaan beken yang pertumbuhannya pesat, harga sahamnya tinggi, dan cabangnya ada di mana-mana di dunia. Tapi menjelang tahun 2008, performa mereka menukik tajam. Howard Schultz, sang pendiri, bahkan harus sampai kembali lagi ke kursi CEO untuk memimpin gerakan berbenah. Singkat cerita, setelah habis-habisan diterpa badai krisis, Starbucks berhasil bangkit. Buku ini, adalah cerita soal bagaimana cara mereka bangkit. Satu hal yang men

The Fall of The Khilafah [Resensi]

Image
Saya menyelesaikan pembacaan buku ini dengan perasaan getir. Meskipun runtuhnya Khilafah Utsmaniyah adalah sebuah kenyataan sejarah dan kita sudah tahu itu sejak lama, tapi tetap saja “menyaksikan” peristiwa demi peristiwa menuju keruntuhannya itu terasa menyakitkan. Ini ibarat saya yang penggemar Arsenal, disuruh untuk menyaksikan lagi pembantaian MU atas Arsenal 8-2. Ah sudahlah… Secara umum buku setebal 563 halaman ini bercerita tentang kilas balik sejarah yang dimulai sejak era awal Perang Besar, (atau yang lebih kita kenal dengan Perang Dunia I) yang melibatkan Khilafah Utsmaniyah sampai dengan perang tersebut berakhir. Alur sejarah itu tentu bisa kita telisik juga dari sumber lain, yang garis besarnya pasti bakal sama, bahwa Khilafah terlibat Perang Dunia I di Blok Poros melawan Blok Sekutu. Dalam Perang itu Blok Poros akhirnya menjadi pihak yang kalah. Sebagai pihak yang kalah, mereka dipaksa menerima berbagai konsekuensi sebagai syarat perdamaian, konsekuensi yang kem