Trading Saham dengan Menggunakan Fibonacci Retracement [Resensi]
Kali ini saya ingin membahas buku yang berjudul Trading saham dengan menggunakan Fibonacci Retracement. Buku ini saya beli di Gramedia. Tulisan dari Saudara Satrio Utomo CSA. Bagi teman-teman yang mungkin belum tahu, CSA itu adalah singkatan dari Certified Securities Analyst, jadi bisa kita anggap beliau ini adalah pegiat langsung di dunia pasar modal.
Buku ini saya pilih karena sejak awal tahun lalu, saya memang memutuskan untuk terjun di pasar saham. Jadi saya punya ekspektasi, dengan baca buku ini ada tambahan ilmu dan wawasan baru yang bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas portfolio saya nantinya. Bukunya sendiri terbitan tahun 2016, jadi sudah cukup lama. Adapun buku yang saya baca ini adalah edisi cetakan kelimanya, yakni di Juli 2019.
Isi bukunya sendiri aspeknya cukup teknis. Meskipun secara umum ditujukan untuk para pemula, namun di dalamnya ada cukup banyak istilah-istilah jargon seperti support, resistance, cutloss, trend, candlestick, dll. Oleh karena itu, mengingat temen-temen di sini background dan level pemahamannya soal trading mungkin berbeda-beda, di sini saya akan coba bahas aspek-aspek yang umumnya saja.
Jadi dalam dunia trading, fluktuasi harga adalah hal yang dihadapi sehari-hari. Lalu karena profit dari trading itu diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual, maka mereka yang paling bisa menebak dengan tepat arah harga adalah pihak yang berpotensi memperoleh profit paling tinggi. Tebakan di sini tentu bukan asal tebakan temen-temen, melainkan ada dasar atau justifikasinya. Sejak pasar modal berdiri hingga sekarang, para trader itu sudah mengembangkan berbagai cara untuk mempelajari pergerakan harga saham-saham di pasar modal, kemudian dari sana mereka mulai mengidentifikasi pola-pola tertentu. Dengan asumsi bahwa history repeat itself, pola-pola di masa lalu yang tadi itu dipercaya bisa berulang, sehingga apa yang terjadi di masa mendatang bisa diprediksi.
Praktiknya, ada banyak sekali cara para pelaku pasar untuk mengidentifikasi pola tersebut. Mulai dari yang paling akademis dan rasional, sampai dengan yang berbau klenik dan gak rasional. Dari sekian banyak metode yang ada itu, salah satu yang cukup umum dan dikenal luas adalah metode Fibonacci retracement.
Sedikit intermezzo, fibonacci di sini merujuk pada deret angka yang dtemukan oleh Leonardo da Pisa, seorang matematikawan asal Italia. Dia disebut Fibonacci karena bapaknya Leonardo ini bernama Bonacci. Fibonacci adalah akronim dari Filius Bonacci, atau anaknya Bonacci.
Kembali ke topik, deret angkanya sendiri dimulai dari angka 1 kemudian dilanjutkan dengan angka yang merupakan penjumlahan dua angka di deretan sebelumnya. Jadi deretnya itu 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13 dst. Semakin Panjang kita susun deretnya, nanti akan ketemu bahwa rasio antara dua angka berurutan di dalam deret akan konstan di kisaran 0,618 atau 61,8%. Yang menarik, deret angka dan fraksi angka Fibonacci ini konon banyak ditemukan di alam. Misalnya dalam bentuk geometri alam. Temen-temen bisa googling sendiri contoh-contohnya. Lantas, para pelaku pasar modal pun tidak mau ketinggalan. Mereka berpikir Fibonacci ini juga terdapat di pasar modal dan bisa dipakai untuk menjelaskan pola pergerakan harga.
Jadi ringkasnya, fraksi angka tertentu dari deret Fibonacci (38,2%, 61,8%, 161,8%, dst) oleh para pelaku pasar dipakai di dalam chart harga saham sebagai threshold. Asumsinya, harga akan bergerak memantul setelah menyentuh threshold tersebut. Kalaupun dia dilewati, maka pemantulannya akan terjadi di threshold selanjutnya. Kalau dilewati lagi, mantulnya nanti di threshold yang berikutnya lagi. Begitu seterusnya. Oleh karena itu asumsi ini dipandang bisa membantu para trader untuk membuat rencana trading atau trading plan: di level harga berapa mereka bisa beli dan di level berapa mereka harus jual.
Menurut saya penjelasan soal Fibonacci retracement di buku ini cukup mendalam. Bahasanya mudah, ada contoh-contohnya, dan penyampaiannya runut sehingga mudah kita pahami. Selain itu, si penulis juga gak hanya jelasin soal Fibonacci tok dalam trading, tapi juga jelasin soal konteks trading dari awal sampai akhir. Seolah penulis itu ingin setelah selesai baca kita bisa langsung praktik. Bagus saya kira.
Di antara konteks trading yang penulis jelaskan, ada dua yang menurut saya cukup krusial. Pertama adalah soal orientasi di market, dan yang kedua adalah soal trading plan.
Pertama, soal orientasi. Jadi sebelum memutuskan untuk meletakkan modal kita di saham, buku ini ngingetin bahwa posisi kita harus clear dulu, sebagai trader kah atau sebagai investor. Soalnya perbedaan posisi itu nantinya akan berkonsekuensi pada perbedaan strategi dan cara kita merespon pergerakan harga. Kalau orientasinya trading, maka titik tekannya adalah turn over atau perputaran modal, lalu jangka waktunya relatif pendek, dan dasar pengambilan keputusannya adalah pola-pola yang ada di chart. Sebaliknya kalau orientasinya itu investing, maka titik tekannya adalah mengejar value, kemudian jangka waktunya relatif panjang, dan dasar pengambil keputusannya adalah situasi fundamental bisnisnya si perusahaan. Kalau orientasinya ini sudah clear, baru kita bisa lanjut. Btw, metode Fibonacci retracement ini peruntukannya lebih untuk yang berorientasi trading.
Kedua, soal trading plan. Fungsi trading plan di sini adalah sebagai koridor. Pemandu. Tanpa koridor, keputusan dalam trading bisa gak jelas kapan jual dan kapan belinya dan jadinya cenderung emosional. Ini bisa merugikan dalam jangka panjang, misalnya karena ingin untung yang terlalu gede kita jadi nahan saham terlalu lama sehingga keuntungan sebelumnya yang sudah tinggal dipetik hilang karena harga sudah keburu bergerak turun. Atau sebaliknya karena gak ingin rugi, kita jadi nolak cutloss saat harga asetnya turun melampaui ekspektasi dan akhirnya dibiarin aja nyangkut atau ketahan di posisi rugi. Ini berisiko bikin kita tidak lagi punya modal untuk diputar. Nah, buku ini ngingetin agar seorang trader itu disiplin dengan trading plan yang sudah dia susun. Bahkan di sana dibilang bahwa sikap disiplin dengan trading plan itu berperan lebih besar dalam menghasilkan profit bagi seorang trader ketimbang teknik prediksi yang dipakai. Yang juga menarik, soal trading plan ini penulis juga ngasih contoh cara membuatnya, berdasarkan konsep Fibonacci retracement yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya. Jadi paket lengkap lah.
Secara pribadi, saya merasa dapet manfaat yang cukup besar dari buku ini. Walaupun informasi di dalamnya saya kira bisa diperoleh dari sumber bacaan lainnya semisal blog, vlog, dan website terkait trading dan investasi, akan tetapi gak banyak yang sifatnya merangkum, merinci, sekaligus memberikan simulasi sehingga bisa dengan mudah kita replikasi.
Akan tetapi tentu saja buku ini gak terlepas dari kekurangan. Ada beberapa kesalahan ketik yang saya temui, yang berpotensi bikin beberapa penjelasannya jadi terlihat kontradiktif. Tapi ini sifatnya minor lah. Kesalahan ini bisa kita sadari hanya typho kalau kita nyoba membandingkan penjelasannya dengan informasi sejenis dari sumber lain. Selain itu, kekurangan lainnya di buku ini adalah adanya perbedaan cara penghitungan fraksi angka Fibonacci pada chart yang dicontohkan dengan yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Ini juga bisa membuat pembaca bingung. Oleh karena itu, hemat saya meskipun penjelasan dalam buku ini sudah cukup lengkap, kita sebagai pembaca tetap perlu memperkaya pemahaman dari sumber-sumber lain sebagai pembanding.
Akhir kata, ini buku yang cukup bagus. Meskipun terbit tahun 2016 akan tetapi bahasannya menurut saya tetap relevan dalam jangka panjang mengingat riwayat penggunaan Fibonacci sebagai alat bantu trading sebenarnya juga sudah cukup lama. Penerima manfaat terbesar dari buku ini menurut saya adalah para trader pemula, namun buku ini juga bisa berguna untuk masyarakat umum ingin mulai belajar saham dan dunia pasar modal.
Comments
Post a Comment