Menyoal Toleransi Ust Abdul Somad

Suka atau tidak suka, kita harus akui. Di dunia ini akan selalu ada pihak yang tidak sekeyakinan dengan kita, yang menganggap Tuhan kita bukan Tuhan, menganggap Nabi kita bukan Nabi, agama kita nista dan sesat, dan kita kelak akan berada di neraka. Lantas apakah kita harus selalu tersinggung dengan kenyataan semacam ini?

Realitanya selama ini kita semua tetap bisa hidup berdampingan dengan baik bukan? Kerja bareng, ketawa bareng, pusing bareng. Meskipun tahu sama tahu masing-masing tetap dengan keyakinannya sendiri-sendiri.

Kenapa bisa gitu? Karena kita menjaga ekspresi berbeda itu di ruang privat. Di kamar kita sendiri.

Batasan soal mana ruang privat dan mana ruang publik bisa jadi agak kabur, dan ini bisa didiskusikan lebih lanjut. Namun prinsipnya, ruang di sini melekat pada konteks saat pesan itu disampaikan, bukan pada saat pesan itu didengar, atau dibaca.

Itu pulalah yang terjadi di kasus Ust. Abdul Somad yang lagi ramai ini. Beliau ceramah di masjid, di hadapan khalayak yang semuanya muslim, dengan corak keislaman masyakaratnya yang puritan, pada posisi sedang ditanyai, dan terkait persoalan yang punya sisi fundamental terhadap pokok keyakinan. Apa ekspektasi kita pada kondisi semacam ini?

Maka, tanpa mengurangi rasa hormat saya dengan rekan-rekan Nasrani yang tersinggung, menurut saya Ust. Abdul Somad tidak keliru. Saya berada di pihak beliau menghadapi tuntutan yang mempermasalahkan khutbahnya.

Akhir kata, toleransi itu tidak hanya mengakui eksistensi pihak yang berbeda, tapi juga eksistensi paham, keyakinan, dan idealisme yang berbeda. Setajam apapun perbedaan itu.

Wallohua'lam.

Comments

  1. Saya sepenuhnya setuju mas. Dalam kasus beliau sebenernya kalau mau berpikir dengan "kepala dingin" gak ada hubungan nya sama penistaan. Konteks dan diksi yang beliau pakai juga wajar dan biasa bagi kita (muslim).

    Tapi karena memang ada oknum yang "menggoreng" nya jadi melebar kemana-mana.

    Semoga Allah senantiasa melindungi beliau dan kita semua dari fitnah (cobaan) Dajjal.

    Dan barangkali ada oknum-oknum yang suka "menggoreng" isu demi kepentingan pribadi/kelompok membaca tulisan (&komentar ini) semoga Allah segera limpahkan hidayah kepadanya. Aamiin..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?