Tas Tertukar

Pagi ini saya menjalani rutinitas seperti biasa. Pulang subuhan, lanjut minum kopi bikinan istri, lalu diantar ke stasiun, dan naik krl bersiap-siap untuk jadwal pemberangkatan ke Jakarta jam 05.40 dari St. Bogor. Posisi gerbongnya pun langganan. Gerbong ketiga dari belakang, sisi pintu sebelah kanan, menghadap kursi.

Beberapa saat sebelum pintu kereta tertutup, petugas mengumumkan kembali lewat pengeras suara rute kereta agar penumpang tidak salah naik. Lalu seorang Bapak yang duduk persis di depan saya beranjak, mengambil tas di rak atas kursi lalu keluar gerbong. Sepertinya beliau salah jurusan.

Selepas pintu gerbong menutup, HP saya simpan, lalu bersiap-siap mengambil mushaf. Alangkah terkejutnya saya ternyata tas saya tidak ada di tempatnya. Sebagai gantinya ada tas lain, yang bukan punya siapa-siapa di gerbong itu. Saya menyangka jangan-jangan tas ini tertukar dengan tas yang dibawa si bapak yang barusan turun. Berusaha husnuzhon, barangkali terbawa tanpa sengaja.

"Beruntung" tas itu di dalamnya ada nama dan nomor kontak empunya. Ada fotocopy KK, KTP, dan CV-nya juga. Saya coba hubungi, nyambung tapi tidak diangkat. Berkali-kali. Saya kemudian turun di stasiun terdekat dan berpikir harus segera kembali ke stasiun sebelumnya, lalu melapor ke petugas.

Dalam perjalanan, saya iseng browsing di internet dan baru tahu ternyata memang pernah ada modus tukar tas di krl. Memanfaatkan kelengahan penumpang, tas yang tidak diawasi dibawa turun sementara tas lain yang berisi "barang tak berharga" ditinggalkan, dengan menyertakan informasi alamat kontak yg bukan miliknya. Di titik ini husnuzhon saya sirna. Prepare for the worst. Ini ditambah lagi dengan informasi dari petugas yang saya temui bahwa modus seperti ini rupanya kerap terjadi. Di sebagian kasus, barang-barang semisal KTP dan surat-surat kadang bisa kembali lagi ke pemiliknya. Tapi kalau uang dan barang berharga, sudah ikhlaskan saja.

Setelah bikin laporan, tas tanpa tuan tadi saya serahkan ke passenger service di stasiun. Berhubung di tas milik saya ada dompet, KTP, ATM, dan SIM, saya lalu lanjut bikin laporan kehilangan ke Polresta. Pagi itu saya mohon izin cuti ke atasan, mau menyelesaikan semua keperluan administrasi. Dengan sisa-sisa harapan, saya mengulang-ulang mantra rutin tiap pagi, "Bismillahilladzi laayadhurru ma'asmihi syai'un filardhi walaa fissamaa', wahuwa assami'ul 'alim", dengan nama Alloh tidak ada kemudharatan atas apapun di bumi dan di langit, dan Dia Mahamendengar Mahamengetahui.

Sesampainya di rumah, isteri ngajak perbanyak istighfar. Bahwa gak perlu gusar karena semuanya milik Alloh. Lalu si cantik ini mengingatkan bisa jadi musibah ini muncul karena janji yang kita tunda-tunda pemenuhannya. Bersabar, dan bersyukur bahwa yang hilang cuma tas. Bukan cintanya padaku (asiikk...).

Singkat cerita, sekitar waktu dhuha saya dihubungi petugas stasiun. Rupanya laporan saya ditindaklanjuti. Dengan melampirkan foto, ia hendak mengonfirmasi apakah dompet, tas, dan tupperware berisi bekal sarapan yang ditunjukkan itu benar milik saya. Alhamdulillah, ternyata memang benar. Barang-barang itu semua ada diamankan di St. Kampung Bandan. Bagi rekan-rekan yang kurang familiar dengan krl, St. Kampung Bandan ini jaraknya 22 stasiun dari St. Bogor, yang ditempuh kira-kira 1,5 jam perjalanan. Barang tadi bisa saya ambil di sana dengan menyerahkan lembar tanda bukti laporan kehilangan. Tak berapa lama, si bapak empunya tas yang saya hubungi tadi tiba-tiba telepon balik, dan mengonfirmasi kalau juga merasa kehilangan tas.

Saya tak hendak mengorek apakah keterangan si Bapak itu memang benar, dan bagaimana ceritanya tas saya bisa sampai ke Kampung Bandan. Biarlah itu jadi rahasia Alloh. Yang jelas seluruh benda yang saya bawa di dalam tas tadi masih utuh saat saya ambil, termasuk isi dompet dan sejumlah uang tunai yang letaknya memang agak tersembunyi. Alhamdulillah.

Moral of the story:
1. Jangan lengah dengan barang bawaan.
2. Jangan ragu untuk langsung melapor ke petugas saat terjadi hal yang tidak diinginkan.
3. Percaya dengan janji dan pertolongan Alloh.
4. Sebaik-baik harta dunia adalah isteri yang sholihah


Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?