Langkun - Melangkah dengan Tekun

Once upon a time in Cawang Station

Sudah sekitar 30 hari belakangan ini saya mengikuti beberapa akun instagram bergenre fitness dan bodybulding. Fitness dan bodybuilding yang laki-laki tentu saja. Tujuannya buat memotivasi diri untuk terus tetap merutinkan exercise di rumah. Karena menurut saya exercise itu penting. Exercise adalah salah satu upaya untuk menjaga kesehatan. Dan menjaga kesehatan adalah salah satu cara mensyukuri nikmat sehat itu sendiri. Selain itu, qowiyyul jism, atau tubuh yang kuat,  bahkan jadi satu dari 10 muwashofat da'i yang diajarkan Hasan Al Banna. Dengan tubuh yang kuat, segala ibadah akan lebih mudah dilakukan. Rosululloh dan para sahabat beliau dulu juga sosok-sosok yang kuat. Dan soal bodybuilding, saya pernah baca ada yang menyebutkan riwayat bahwa isteri Rosululloh saw menyatakan bahwa perut Rosululloh itu seperti batu-batu yang tersusun. Wallohua'lam. Saya belum sempat cek dan telaah lebih dalam soal riwayat itu. Cmiiw.

Tapi sesungguhnya ada filosofi lain kenapa saya menyengajakan diri mem-follow akun-akun itu. Terlepas dari kecenderungan banyak orang yang melakukannya buat pamer atau cari perhatian lawan jenis., fitness dan bodybuilding bagi saya adalah simbol pencapaian dari aktivitas yang dilakukan dengan ketekunan tinggi. Saya tidak percaya dengan pencapaian instan. Atau kalaupun ada, saya tak akan terlalu mengapresiasinya, karena biasanya tak bertahan lama. 

Tekun adalah kata kunci kesuksesan. Tak akan berhasil orang yang menginginkan sesuatu tapi tak tekun. Ini berlaku tak hanya soal melatih performa fisik, tapi juga soal yang lain-lainnya. Belajar, menghafal Al Qur'an, adalah contoh lain aktivitas yang harus dijalani dengan tekun kalau kita mau hasilnya baik. Soal daya ingat dan kecerdasan bawaan memang punya pengaruh, tapi tanpa ketekunan semuanya jadi kurang berguna. Saya malah percaya, orang pandai bisa dilampaui prestasinya oleh orang biasa yang tekun. Dan orang pandai yang tekun bisa dilampaui prestasinya oleh orang biasa yang lebih tekun lagi.

Hopefully, dengan mem-follow akun-akun seperti yang sudah disebut tadi itu, sedikit banyak bisa mendorong saya untuk jadi orang yang tekun, dan tak tergiur hasil instan dan pengen cepat sampai. Semua prestasi butuh proses, dan tak jarang waktu yang panjang. Kata orang, hasil tak akan mengkhianati proses. Saat kita lihat orang-orang yang sudah sampai pada titik prestasinya, ingatlah bahwa di balik itu ada proses tak mudah yang sudah dia lalui. 

Ada teman kita yang bisnisnya sudah lumayan, ingatlah bahwa dia mungkin jatuh bangun dan berkali-kali merugi. Ada teman kita yang sudah jadi orang strategis di sebuah perusahaan multinasional, ingatlah mungkin dia pernah berulang kali terdesak, dikejar deadline yang tak putus-putus, begadangn sampai dini hari dan seterusnya. Atau ada teman kita yang sudah hafal 30 juz, padahal sebelumnya kita tahu ngajinya kita lebih bagus daripada dia, ingatlah bahwa mungkin dia sudah bersusah payah membersihkan hati dan mengikhlaskan dirinya untuk berkhidmat pada dakwah, kemudian melawan rasa bosan dan lelah untuk memurojaah sambil menambah hafalannya. Pada akhirnya, mereka yang tekunlah yang akan memetik buah yang manis. InsyaAlloh.

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?