Setelah Sekian Lama Tidak Ter-Update

Lebih dari 45 hari sejak tulisan terakhir, blog ini kosong dari update. Saya stag dari menulis blog. Buat seorang blogger, ini bisa dikategorikan sebagai dosa nih, hehehe. Yah, sebenernya kalau mau dicari kambing hitam saya bisa menyalahkan banyak hal, dari mulai tugas kuliah yang enggak selesai-selesai sehingga menumpuk, persoalan tempat tinggal yang butuh perbaikan teknis, sampai berbagai urusan keluarga besar yang menguras energi plus perhatian dari menulis. Well, tapi saya teringat pelajaran semasa di asrama PPSDMS dulu bahwa kesalahan kita seyogianya tidak diikuti oleh excuse apa pun. Kenapa? Karena excuse semacam itu bisa melatih kita untuk tidak bertanggung jawab. Alih-alih berpikir bagaimana supaya kita bisa memperbaiki diri, excuse malah mendorong kita agar kesalahan itu bisa dimaklumi. So, jangan biasakan do excuse.

Selama hampir dua bulan kosong ini tentu ada banyak hal yang saya lewati dan tentunya menyisakan hikmah tertentu. Kebanyakan hanya bisa saya posting lewat status di fb. Di antaranya bagaimana ketika kemarin kami harus berjibaku mencari solusi dari mampetnya saluran air di rumah. MasyaAlloh, begitu digdayanya manusia tapi ditimpa oleh urusan sekecil mampetnya saluran air saja sudah susahnya bukan main. Jelas saat itu terasa sekali ketidakberdayaan kami sebagai manusia. Mau menyombongkan apa. Alhamdulillah dengan kesabaran akhirnya Alloh tunjukkan jalan keluar dan urusan pun beres.

Ada lagi pengalaman miskomunikasi dengan pelanggan pemesan tiket pesawat, di mana konfirmasi perubahan jadwal dari maskapai tidak disampaikan ke kami sebagai agen, sehingga pelanggan yang bersangkutan sempat terkatung-katung di bandara hampir satu harian. Astaghfirulloh. Untunglah pelanggan itu termasuk yang penyabar dan beliau memberikan kritik yang membangun pada kami. Krititiknya kami terima dengan senang hati kendati sesungguhnya kesalahan tidak murni disebabkan oleh kami.

Ada pula pengalaman spesial ketika Ramadhan, yakni ketika kami bertemu dengan para penghuni lapas (lembaga pemasyarakatan). Di sana kami saksikan langsung bahwa suasana “pemasyarakatan” sangat tidak ideal. Aturan hanya slogan yang ditaruh di bawah bantal. Spanduk yang berisi larangan pungli menjadi latar belakang di mana aktivitas pungli itu terjadi. Tak Cuma itu, para tahanan dan napi di sana pun nampa “dianggurkan”, atau setidaknya begitulah yang kami lihat. Orang-orang yang melakukan pelanggaran berbeda tapi diperlakukan sama. Tak peduli kesalahannya itu dari pembunuhan, pemalsuan uang, penjualan senjata ilegal, pemakaian sabu-sabu, menilap uang hibah, tak sengaja menabrak orang sehingga tewas, sampai orang yang emosi karena haknya dirampas kemudian merusak pagar orang lain. Semuanya sama-sama dipenjara. Yang beda hanya waktunya saja. Ah, jauh lah dari konsep keadilan yang ideal di mata saya. Belum lagi banyak ruangan yang digunakan melebihi kapasitas. Pada tahanan dan napi juga dibiarkan merokok, sehingga orang yang tak terbiasa merokok terpaksa menghirup rokok orang lain dan jatuh sakit. Disana jelas sekali buat saya bahwa hukum yang Islam tawarkan sesungguhnya bisa memberi solusi lebih konkret dalam memberi keadilan. Lebih memanusiakan manusia. Lebih cepat, lebih murah, lebih efisien, juga lebih mengena.

Ada lagi pengalaman lebaran di jalan, di mana mobil yang kami tumpangi mogok karena baterainya soak. Tepat di tanggal 1 Syawal. Mobil sudah diapa-apain tapi enggak nyala juga. Setelah lebih dari 3 jam berupaya, terpaksa akhirnya mobil yang kami tumpangi diderek sampai bengkel terdekat. Btw, bengkel mana yang buka di tanggal 1 Syawal? Ah, mengingat-ngingat cerita itu rasanya geli juga. Tapi akhirnya everything is okay now.

Banyak lagi pengalaman yang saya rasakan membawa hikmah. Pengalaman berkunjung ke Taman Wisata Iman Dairi, mengunjungi walimahan sahabat karib Rio al Azhar, ketemu tim nasyid Uciha yang mengingatkan masa sewaktu jadi aktivis dulu, dan sebagainya. Pengalaman yang menjadi wahana tarbiyah yang sangat baik kalau kita memang bisa memaknainya dengan tepat. Pengalaman-pengalaman yang memang Alloh gariskan untuk mendidik kita sekaligus membuat kita lebih dekat dengan-Nya. Itulah yang membuat saya merasa berkepentingan menuliskan pengalaman lewat blog. Dengan menulis kita bisa berupaya agar pengalaman positif yang membawa hikmah buat kita sedikit banyak juga bisa dirasakan orang lain. Ya, meskipun Cuma sedikit. Tapi siapa tahu yang justru yang sedikit itulah yang bisa memberi diferensiasi kita di mata Alloh nanti di yaumil hisab.

Oh ya, mumpung kita masih berada di suasana Syawal, saya pribadi mohon maaf lahir dan batin kepada rekan-rekan pembaca, atas tulisan saya yang mungkin ada yang tak sengaja menyinggung hati atau justru membuang-buang waktu. Hehe. Semoga Alloh terus membimbing agar tulisan-tulisan berikutnya bisa lepas dari hal-hal yang membuat ketersinggungan dan kemubadziran. Aamin.

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?