Ramadhan Tahun Ini

Ramadhan tahun ini menyisakan sekelumit cerita berharga buat saya. Tak banyak memang, tapi setidaknya bagi saya cukup memberikan kesan yang meaningful, yang tidak dilewati sambil lalu. 

Pertama, karena ini Ramadhan pertama saya dengan Aisyi, putri pertama kami yang lahir 31 Mei yang lalu. Melihat sang putri tumbuh, makin mantap rasanya saya berpikir bahwa saya sudah seharusnya matang jadi laki-laki. Lengkap sudah. Isteri sudah ada, anak sudah punya. Zakat fitrah sudah tertanggung. Fidyah sudah terlaksana. Kalau saya memang ingin berkontribusi sesuatu yang signifikan buat dunia, maka sekaranglah waktunya!

Kedua, ini juga Ramadhan pertama di mana Kamboja 30 menyertai perjalanan kami. Usaha yang kami rintis sejak Januari tahun ini alhamdulillah sudah makin bisa merangkul banyak orang. Meski secara kuantitas omsetnya belum bisa dikatakan istimewa, namun secara kualitas usaha ini sudah mengajarkan kami begitu banyak hal. Seolah pengalaman-pengalaman itu tengah memberikan kuliah pada kami di depan kelas: tentang bagaimana membangun relasi yang efekif, melakukan negosiasi dalam paradigma win-win, memanfaatkan peluang berbasis lingkaran pengaruh, menumbuhkan jiwa kreatif dari pikiran yang kepepet, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan momen Ramadhan, momen yang konon memang ditunggu-tunggu oleh para pedagang. Karena ibarat petani, Ramadhan bagi pedagang kecil bisa diibaratkan masa penen raya. Hehe. Makin banyaklah pengalaman yang bisa kami petik, insyaAlloh.

Ketiga, di Ramadhan ini saya berkesempatan kembali menjadi instruktur sanlat di SMAN 2 Kisaran. Karena usia saya yang memang sudah agak 'tua', saya terpaksa bersinergi dengan talenta-talenta muda instruktur baru. Ada kang Ari Syafii sang ketua LDK Universitas Asahan, ada pula akh Azrin sang punggawa mahasiswa Al Washliyah. Ada juga para akhwat yang energik, Mbak Liana dan Sulis dari LDK UNA, Pratiwi dari Rumah Al Qur'an Bogor (adik ipar saya), dan Mbak Lili dari Pesantren Daar al Ulum. Ini seperti mengingatkan saya pada kerjaan saya ketika mahasiswa dulu di dunia dakwah kampus. Ingatan itu lumayan powerful juga buat membangkitkan semangat. Selain itu bersinergi dengan da'i-da'i muda dan juga para peserta yang masih belia, membuat saya merasa makin tua saja. Dan jadi tua itu kadang-kadang menyenangkan juga. Kita dianggap lebih tahu segalanya. Hehe.

Keempat, di Ramadhan ini saya berkesempatan berjumpa dengan Muhammad Syafi'i. Beliau adalah seorang pemuda mualaf yang kini menjadi da'i. Perjalanan keislamannya sungguh inspiratif dan sanggup membangkitkan semangat beragama bagi saya pribadi. Sekelumit kisahnya saya coba ringkas dalam tulisan ini.

Kelima, di Ramadhan kali ini juga saya untuk pertama kalinya mampu meluangkan waktu secara serius untuk i'tikaf. Dulu pernah saya niat untuk i'tikaf, tapi tanpa paham fiqhnya sehingga rasanya kurang mantap. Sebenarnya i'tikaf yang serius ini sudah jadi keinginan hati sejak lama. Tapi entah mengapa selama ini ada saja kendalanya. Alhamdulillah Alloh memberi kesempatan itu tahun ini. Dan bagi saya pengalaman i'tikaf perdana yang cuma satu hari ini cukup menyenangkan apalagi saat i'tikaf disertai saudara-saudara dari Jamaah Tabligh yang sedang khuruj. Ada ngobrol santai yang menambah wawasan dan pengalaman. Subhanalloh.

Keenam, di Ramadhan ini sebagian besar resolusi saya tercapai. Yang belum kesampaian cuma target update blog 2 hari sekali. Jadi bagi pembaca yang sudah sempat membaca tulisan saya tentang resolusi itu saya mohon maaf belum bisa memenuhi janji. Itu karena untuk kesekian kalinya charger laptop saya rusak sehingga harus berbagi dengan laptop milik adik untuk bisa internetan. Dan karena itu, penggunaannya pun tidak bisa fleksibel. Namun demikian, alhamdulillah target yang lain seperti membaca dua judul buku, tambahan hafalan 1 juz, tambahan skill fotografi bisa tercapai. Soal penghasilan, diliat dari kecenderungan sih ada peningkatan juga, tapi belum bisa dipastikan berapa persenannya karena harus menunggu pembukuan di akhir bulan.

Ketujuh, fragmen-fragmen kecil seperti nonton film inspiratif yang ada di laptop adik, mendengar tausiyah-tausiyah orang-orang istimewa seperti Yusuf Mansyur dan Ippho Santosa, serta hal lain yang belum bisa saya utarakan satu per satu. Yang jelas, saya bersyukur pada Alloh bahwa Ramadhan kali ini terasa lebih berharga saya lewati ketimbang sebelumnya. Semoga saja dalam pandangan Alloh pun begitu. 
------------------------

Alloh swt mengatakan dalam firman-Nya bahwa satu tujuan yang hendak dicapai setelah kita melalui puasa Ramadhan adalah status takwa. Dan salah satu indikator ketakwaan yang Alloh sebutkan itu adalah kesediaan untuk berinfaq, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Artinya, orang yang takwa pasti punya spirit berbagi bagaimana pun keadaannya. Dari pesan Qur'an ini, saya jadi terinspirasi bahwa satu hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan perjalanan Ramadhan kita adalah ada tidaknya spirit berbagi ini. Berbagilah, meski hanya sekedar berbagi cerita. 

Wallohua'lam

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?