Liga Champion yang Indah

Sepakbola itu indah. Barangkali itulah pernyataan yang cukup relevan dikemukakan melihat melimpah ruahnya penggermar sepakbola, tidak hanya di negeri ini tetapi juga di seluruh dunia. Ya, keindahan itu tidak semata-mata urusan menang atau kalah. Keindahan itu bisa datang dari cara para pemain beraksi di lapangan, bisa juga dari berbagai macam puak dan analogi yang bisa ditarik dari permainan sepakbola.

Saat tulisan ini dibuat, musim Liga Champion 2010 sedang panas-panasnya. Beberapa tim papan atas dunia bertarung merebut tahta piala kebanggaan klub sepakbola Eropa itu. Intermilan, Lyon, Bordeaux, MU, Arsenal, Bayer Munich, dan Barcelona. Ada banyak kejadian menarik yang bisa dijadikan ibroh sekaligus membuat diri tersenyum atas keindahan yang atas izin Alloh terjadi. Salah satu fragmen umum yang biasa terlihat adalah kemenangan di awal bukanlah kemenangan sesungguhnya.

Bola itu bundar, dan ia bisa menggelinding kemanapun. Begitu kira-kira kaidahnya. Saat MU bertemu Bayer Munich pada dua lag, gol pembuka dibuat oleh MU. Dunia menyaksikan Bayer Munich yang pada akhirnya lolos ke semifinal. Begitu pula dengan Arsenal ketika bertemu Barcelona. Gol pembuka tidak berarti kemenangan, malah sebaliknya menjadi pemompa semangat untuk terus berjuang bagi tim lawan.

Di laga Champion ini kita juga bisa melihat apa yang sering disebut orang sebagai spirit atau kesungguhan mencapai sesuatu. Mereka yang tertinggal tidak pernah mau meredam keinginan mereka dan selalu antusias mencapai tujuan. Lag pertama antara Arsenal dan Barcelona dan lag kedua MU Bayer Munich menjadi fakta jelas dari kondisi itu. Indah bukan?

Sepakbola adalah sepakbola. Tapi ia bisa dimaknai lintas dimensi menjadi tak hanya sekedar olahraga atau permainan. Tak juga hanya sebatas urusan menang atau kalah. Sepakbola bisa dimaknai sebagai analogi atau miniatur sederhana hidup yang juga menyajikan banyak pelajaran. Seperti itulah hendaknya kita, para kaum terdidik negeri ini bersikap. Jika sepakbola hanya dimaknai urusan menang atau kalah, sportivitas hanya akan menjadi urutan ke sekian. Sikap Arsene Wenger (pelatih Arsenal) dan para pemain Arsenal saat mereka dibabat habis Barcelona bisa dijadikan contoh yang sangat baik. Mereka menghargai sportivitas, dan dengan sikap ksatria mengakui kekalahan sambil berjanji akan menyajikan penampilan yang lebih baik pada laga-laga selanjutnya. Merekalah contoh yang bersedia mengakui kekurangan. Fairplay. Sekali lagi, itu menyajikan keindahan.

Keindahan sepakbola akan menjadi lebih bermakna saat diambil hikmahnya. Dan saat itu dilakukan, mereka yang menganggap bahwa menonton sepakbola cuma buang-buang waktu, merusak jadwal sholat taajjud, atau menganggap jadi biang kerusuhan, akan menyurut relevansi pernyataannya. Bukan begitu?

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?