Posts

Showing posts from July, 2010

Hati berhati-hati, mulut berbicara

Ini tentang salah satu fragmen keseharian tentang bangun subuh... "Dasar tukang molor, sholat subuh jam setengah 6...", begitulah kira-kira makna tatapan Tono terhadap Aldi, teman sekosannya di sebuah rumah kos-kosan. Seperti halnya orang-orang sholeh lainnya, Tono kerap bangun pagi untuk sholat subuh berjamaah di masjid. Seringkali didahului oleh aktivita sholat tahajjudnya sebelum itu. Sebaliknya Aldi, teman satu daerah yang sudah dikenalnya sejak tingkat satu itu terbiasa bangun kesiangan. Rata-rata sholat subuhnya jam setengah 6, ketika matahari sudah mulai nampak di ufuk timur. Aldi memang doyan tidur agak larut malam. Biasanya sih nonton film di TV dulu sebelum tidur. Film koboi, perang, spionase, aksi laga, dan sebagainya. Pagi itu seperti biasa, Aldi bangun kesiangan lagi. Tanpa melirik kanan kiri, ia langsung loncat ke kamar mandi. Berwudhu dan langsung sholat subuh. Melihat itu, Tono yang baru pulang dari masjid cuma menggeleng-geleng. Entah sudah berapa pagi,

Menyoal Cara Kita Berpenampilan

“Penampilan itu bukanlah yang utama, tapi yang pertama...” Hal yang sering dikatakan orang saat melakukan penilaian terhadap orang lain adalah, “jangan lihat orang dari kulit luarnya, tapi lihatlah dalam hatinya...”, begitu kira-kira. Pernyataan tersebut seringkali diperkuat dengan beberapa fakta yang terjadi di lapangan. Banyak kasus penipuan ternyata dilakukan oleh orang-orang yang secara fisik, tampil baik, alim, dan sholeh. Dalam hal ini penampilan dijadikan alat untuk meredam kecurigaan psikologis calon korban. Contoh yang lain, banyak yang tidak menyangka bahwa bupati sebuah kabupaten di Sumatera Utara ternyata orang yang kesehariannya tampil sederhana dan selalu membawa sendiri mobilnya. Tak jarang, bupati tersebut disangka sebagai sopir Bupati! Namun demikian, ada perihal kontraproduktif yang pada akhirnya muncul dari anggapan yang tidak proporsional terhadap pernyataan di atas. Kasus-kasus tersebut seringkali malah dijadikan sebagai alat legitimasi bagi sebagian oran

Menikmati Kerja Keras

Banyak orang yang sudah mengetahui bahwa kerja keras dan kesuksesan selalu berbanding lurus. Tak ada orang sukses yang tidak melalui sebuah koridor yang bernama kerja keras. Namun, meski banyak orang yang tahu, barangkali tak sebanyak itu orang yang bersungguh-sungguh melakukannya. Hal itu bisa karena berbagaia alasan. Kehilangan waktu, perasaan tak enak, meninggalkan zona nyaman, opportunity cost yang terlalu mahal, atau hal lainnya yang bisa diterka. Dalam kehidupan manusia, alasan-alasan tersebut tampak wajar. Itulah mengapa kesuksesan masih dianggap sebagai sesuatu yang istimewa. Istimewa karena ia langka, dan tak banyak yang mendapatkannya. Setidaknya menurut ukuran manusia.

Atas Nama Dakwah (3)

A:"Mas, apakah aktivis tarbiyah boleh punya afiliasi dengan parpol tertentu?" X:"Boleh Dik" A:"Lalu apakah itu menjadi keharusan?" X:"Tentu saja tidak. Memangnya kenapa Dik, kok bertanya kayak gitu?" A:"Saya melihat ada perlakuan istimewa yang diberikan pada mereka yang punya afiliasi ketimbang yang tidak" X:"O...itu cerita lama sih dik (sambil tersenyum). Tapi Adik tentu saja ingin beraktivitas dengan ikhlas kan ?" A:"Iya Mas" X:"Maka jangan biarkan anggapan itu mempengaruhi aktivitas Adik" A:"Iya Mas, tapi kan itu sesuatu yang nggak fair Mas" X:"Tentu saja, tapi biarkanlah Alloh membalas keburukan dengan keburukan. Kita jangan ikut-ikutan" A:"...."