Sebuah Ikhtisar tentang Ekonomi

 


Judul: Economics in One Lesson
Penulis: Henry Hazlitt
Penerbit: Three Rivers Press
Tema: Ekonomi, kebijakan publik
Tebal: 218 hal 

Link video review

Andai mau diringkas, maka ilmu ekonomi itu sesungguhnya merupakan seni untuk tidak hanya melihat dampak langsung dari suatu tindakan atau kebijakan, melainkan juga dampak ikutannya yang akan muncul dalam jangka panjang; serta tidak hanya melihat dampak itu hanya terbatas pada kelompok tertentu saja, melainkan pada seluruh kelompok yang ada. Demikianlah kira-kira penjelasan Henry Hazlitt dalam buku fenomenalnya Economics in One Lesson. To the point, tidak bertele-tele.

Judul yang eye catching, masuk dalam Top 25 buku yang paling direkomendasikan di berbagai situs review, diendorse oleh Milton Friedman yang notabene merupakan salah seorang peraih Nobel di bidang ekonomi, dan konon sudah terjual lebih dari satu juta copy, menjadi alasan yang membuat saya cukup penasaran. Ditambah lagi statusnya sebagai buku klasik yang terbit pertama kali di tahun 1946, membuatnya di mata saya makin menarik.

Benar saja, penulisnya sepertinya tidak hendak berbasa-basi. Setelah menjelaskan intisari dari ilmu ekonomi sesuai versinya, sebagian besar penjelasan dalam buku ini diisi dengan kritik terhadap sikap para ekonom dan pembuat kebijakkan yang menurutnya abai dari intisari tadi. Banyak kebijakan yang mereka ambil yang awalnya dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan justru malah akhirnya membuat perekonomian semakin buruk. Ada banyak contoh kebijakan yang diserang penulis habis-habisan dalam buku ini, dan sebagian besarnya cukup familiar. Contohnya kebijakan price fixing dan upah minumum.

Dua kebijakan di atas biasanya menjadi andalan para pemimpin publik yang hendak bersikap populis. Tujuannya mulia, yakni untuk membantu populasi yang lemah. Bila harga barang kebutuhan umum dibuat murah, masyarakat akan senang dan terbantu. Bila upah tenaga kerja dijaga tetap tinggi, para pekerja akan bersuka cita. Namun bagi penulis dua kebijakan itu dianggap justru membawa petaka, terlebih dalam jangka panjang. Price fixing tidak menyelesaikan masalah, hanya menundanya, namun dengan konsekuensi publik semakin terekspos dengan risiko kelangkaan barang/jasa. Demikian pula dengan upah minimum, yang selain menjadi lingkaran setan karena akan terjadi rutin dari tahun ke tahun, juga justru berisiko menambah angka pengangguran.

Bagi sebagian kalangan, kesimpulan semacam itu barangkali memantik emosi dan dianggap tidak berperasaan. Namun harus diakui dalam buku ini penulis membangun argumennya dengan logis. Penulis dengan cermat mengidentifikasi risiko dan peluang yang belum terjadi yang sering luput dari perhatian. Pada akhirnya pembacanya dituntut untuk mengerti bahwa suatu kebijakan tidak akan mampu memuaskan semua pihak. Pilihan harus dibuat dan penulis sepertinya termasuk yang memilih untuk memberi bobot lebih terhadap kepentingan jangka panjang, serta kepentingan society as a whole.

Dari berbagai deduksi yang dibangun oleh penulis setidaknya ada suatu benang merah yang dapat ditarik, yakni bahwa perekonomian itu tidak butuh terlalu banyak intervensi Pemerintah. Semakin banyak intervensi, semakin banyak pula distorsi terhadap pasar. Distorsi ini pada gilirannya akan menciptakan disinsentif pada pelaku perekonomian yang berujung pada penurunan total produksi. Bagi para ekonom Chicago, penurunan total produksi adalah istilah lain untuk menyebut penurunan kesejahteraan masyarakat.

Benang merah di atas merupakan cara pandang yang esensial dan menjadi ciri khas mazhab ekonomi liberal, atau dikenal juga dengan ekonomi pasar bebas. Dalam mazhab ini, perekonomian yang membiarkan mekanisme pasar berlangsung secara alami dipercaya akan menciptakan total produksi yang lebih besar dibandingkan perekonomian yang diintervensi.

Saya pribadi dalam ulasan ini tidak bertendensi untuk mengajak pembaca untuk menyetujui atau menolak konsep ini. Mengingat sebagaimana halnya mazhab pemikiran lainnya, ada banyak hal yang bisa diperdebatkan soal asumsi yang digunakan. Akan tetapi saya kira kita semua bisa sepakat dengan one lesson yang dimuat dalam buku ini. Bahwa apabila kita berbicara ekonomi dalam konteks kehidupan bermasyarakat, memang sudah selayaknya perhatian diarahkan bukan hanya pada golongan tertentu saja tapi juga pada seluruh golongan yang dalam perekonomian. Serta penting pula bagi kita untuk tidak hanya melihat dampak yang bersifat langsung atau jangka semata saja dari suatu kebijakan tapi juga dampak yang bersifat jangka panjang serta tidak langsung. 

Akhir kata, buku ini saya kira cocok bagi temen-temen pembaca yang tertarik dengan isu-isu ekonomi, sosial dan kebijakan publik. Bahasanya ringkas, to the point, dan menurut saya cukup mudah dipahami meskipun pembacanya tidak memiliki background pendidikan ekonomi yang tinggi ataupun mendalam. Meskipun ditulis lebih dari setengah abad yang lalu, isunya tetap relevan dan menumbuhkan wawasan.

The art of economics consist in looking not merely at the immediate but at the longer effects of any act of policy; it consist in tracing the consequences of tha policy note merely for one group but for all groups

- Henry Hazlitt -


Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?