Mereduksi Resiko Bisnis



Dalam bukunya, Essentials of Entrepreneurship and Small Bussiness Management, Norman Scarborough memaparkan hasil penelitian bahwa dari semua bisnis baru yang muncul, hanya 44% bisnis yang bertahan lebih dari 4 tahun sejak mereka didirikan. Artinya, sepanjang kurun waktu 4 tahun tersebut, lebih dari setengah bisnis yang muncul (56%) gagal.

Ya, gagal adalah kosakata umum dalam bisnis. Kalau ada bisnis yang tidak pernah gagal, percayalah itu adalah bisnis di negeri dongeng. Nah, karena kegagalan adalah tabiat dari bisnis, maka orang-orang yang memang berazzam untuk jadi bisnisman/bisniswoman memang harus tangguh. Artinya, mereka harus siap untuk bangkit setiap kali jatuh. Apalagi, bagi kita yang percaya bahwa kita membangun bisnis bukan semata hanya sebagai sarana pencari harta, tapi juga sarana pencari mulia dan kendaraan ummat untuk berdakwah. Motivasi untuk tangguh itu tentu harus lebih besar lagi bukan?

Meski demikian, tentu kita harus punya upaya untuk sebisa mungkin menekan kegagalan berbisnis. Minimal, cost dari kegagalan yang nanti kita jumpai bisa direduksi serendah-rendahnya. Dari penjelasan Pak Scarborough di buku setebal 648 hal. di atas, ada beberapa tips yang beliau sarankan bagi pebisnis pemula supaya "pitfall" dalam berbisnis itu bisa dihindari sedapat mungkin.

Pertama: Kenali bisnis yang hendak dijalani sedalam mungkin
Artinya, jangan setengah-setengah. Jadilah expertise di bidang tersebut. Buka wawasan segar selalu dengan membaca berita yang relevan, buku-buku, artikel, review jurnal, laporan penelitian, berteman dengan pengusaha di bidang yang sama, bahkan kalau perlu bahkan bisa juga dengan bergabung di asosiasi atau perkumpulan. Enterpreneur yang cerdas akan terus haus mencari ilmu-ilmu penting (key points) yang relevan untuk membangun bisnisnya.

Kedua: Buat bisnisplan yang solid. 
Semua hal strategis dalam hidup kita butuh perencanaan. Begitupula dengan bisnis. Nah, rencana bisnis yang baik adalah rencana bisnis yang riil, yang dibuat berdasarkan fakta, bukan asumsi-asumsi yang asalnya hanya dari prasangka-prasangka. Rencana bisnis yang baik juga adalah rencana bisnis yang lulus uji. Jadi selain benar2 menunjukkan konsep bisnis kita secara utuh, rencana bisnis itu harus bisa mengakomodir hal-hal yak terduga yang mungkin terjadi. Ekstrimnya, kalau ada orang-orang pesimis yang skeptis pada bisnis kita, mereka bisa berubah jadi optimis dengan melihat bisnisplan kita. Oya, bisnisplan ini suatu saat akan sangat memudahkan kita dalam memandu proses bisnis, plus menjadi senjata kita dalam hal pembiayaan. Lalu, bagaimana contoh bisnisplan yang baik itu? InsyaAlloh akan ada bahasannya tersendiri.

Ketiga: Kelola sumberdaya keuangan dengan baik.
Manajemen finansial sebenarnya ada ilmunya tersendiri. Tapi secara umum yang paling penting bagi bisnis pemula adalah soal pengelolaan kas, yakni tentang alokasi dan sumber datangnya kas tersebut. Selain tentu saja memisahkan keuangan kas dengan keuangan pribadi, kita perlu menyediakan kas dua kali lipat dari kebutuhan kas yang kita perkirakan untuk start up. Akan ada banyak hal-hal tak terduga yang mungkin kita penuhi di tengah jalan nanti. Kemudian, dilarang boros membelanjakan kas. Fokus bisnis pemula adalah untuk survive, bukan untuk cari tambahan kantong. Kalau sudah established dan stabil, baru hasil keuntungan itu bisa diambil untuk keperluan sendiri. Lalu apa ukuran bisnis itu sudah stabil? Yakni kalau tren cashflow setidak-tidaknya 3 bulan kedepan sudah bisa dengan akurat diperkirakan.

Keempat : Pelajari konsep pencatatan keuangan yang standar, dan pahami cara menafsirkan "finansial statements". 
Ini berfungsi untuk mengukur kesehatan finansial bisnis kita. Ukuran kesehatan itu biasanya dilihat dalam bentuk rasio akun-akun (aset lancar, aset tetap, kewajiban jangka pendek-panjang, dan ekuitas [modal]) di neraca keuangan. Makin dini kita tahu kesehatan finansial kita, insyaAlloh makin adaptable kita pada keadaan.

Kelima: Pelajari cara mengelola orang dengan baik. 
Bagi rekan-rekan yang sudah biasa punya anggota dan binaan, insyaAlloh sudah jago lah ya. Intinya, kualitas bisnis kita dalam jangka panjang akan sangat ditentukan kualitas anggota yang kita rekrut dalam bisnis. Jim Collins dalam bukunya Good to Great mengatakan, bahwa lebih baik memilih orang yang tepat untuk diajak masuk ke dalam bis yang sama baru kemudian ditentukan kemana arah bis akan melaju, daripada menentukan dahulu ke mana bisnis mau melaju baru kemudian memilih orang yang bersedia naik.

Keenam: Jauhkan bisnis dari persaingan langsung. 
Artinya, jadikan produk bisnis kita sedapat mungkin tidak bersaing dengan bisnis sejenis yang sudah ada. Misalnya dengan membangun diferensiasi dan spesialisasi khusus, atau melayani segmen khusus. Persaingan bagi bisnis pemula bisa buat frustasi. Semakin tinggi intensitas persaingan yang kita hadapi, semakin banyak pula sumberdaya kita yang terkuras ke sana. Sudahlah bisnisnya masih kecil, bersaing yang sudah mapan pula, akhirnya survival rate kita akan rendah. Pokoknya yang penting survive dulu. Pikirkan persaingan setelah established.

Ketujuh: Pelihara mental positif. 
Seperti yang sudah disingguh di atas, bisnis bukanlah jalan lurus bertabur bunga. Bisnis adalah jalan cinta para pejuang, yang hanya akan sanggup dilintasi mereka yang punya mental tangguh. Maka, selalu pelihara mental positif itu dengan ikut serta di kegiatan-kegiatan dan pergaulan yang positif pula, yang menebarkan optimisme alih-alih pesimisme. Yang melihat peluang ketimbang ratapan dan keluhan. Yang mengobarkan semangat, bukan malah menegasikannya.

Kedelapan: Do it with fun. 
Jalani bisnis seperti kita bermain. Ikuti aturan permainan, dan lakukan segalanya dengan riang gembira. Para gamer tentu tahu, makin tinggi level permainan, makin sulit dan tinggi tantangannya, makin tertantang dan menyenangkan permainan pula untuk dijalankan.

Wallohua'lam

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?