Ini Soal Empati Sebenarnya
Urus aja urusan negerimu sendiri, gak usah urus urusan negeri orang lain ---- Sering ya baca komentar begitu. Rasanya getir-getir pedas. Biasanya dia muncul kalau ada isu-isu tentang Palestina. Sekarang dia muncul lagi saat ada isu tentang Rohingya. Saya yakin komentar itu muncul dari rasa sinis saja, bukan dari kecintaan yang menggebu-gebu pada negerinya (seperti orang kasmaran yang gak mau perhatian pada kekasihnya dibagi dua). Dan saya juga yakin yang komentar sebenarnya j uga gak konsisten-konsisten amat dengan logika argumennya. Terbukti, dia sendiri lebih memilih mengomentari statemen orang lain ketimbang mengurus mulut atau jarinya sendiri. Kalau mau diseriusin, komentar senada itu sebenernya mudah dibantah. Dari mulai jawaban ngeyel semisal, "Mulut-mulutku, ya sukak-sukak ku lah", sampe yang argumentatif semisal "mengurus urusan negara lain tak otomatis mengabaikan urusan negara sendiri, Neng". Atau "Kekerasan di sana akan bera