Sedikit Cerita tentang Menghafal Al Qur'an

Ini sekelumit cerita, yang tak dimaksudkan untuk menggurui atau menceramahi, hanya sekedar berbagi. Bukan pula semata-mata ingin unjuk diri, tapi lebih dari itu, ini untuk saudara dan sahabat-sahabat yang berazzam menjemput kemuliaan dari Alloh dengan menghafal Al Qur’an...

Saya memang masih jauh dari predikat Hafizh Qur’an, tapi niatan untuk itu sudah terkristal dalam hati. Pengalaman sifatnya memang subjektif, tapi mudah-mudahan bermanfaat buat teman-teman.

Tips-tips menghafal Qur’an

1. Memelihara keikhlasan niat dalam menghafal

Ikhlas, adalah pamrih pada Alloh saja. Selama proyek menghafal, tugas dan tanggung jawab kita adalah memastikan tidak ada alasan lain bagi kita untuk menghafal Al Qur’an selain mencari kebaikan dari Alloh. Kadang, dan sering bahkan, setan menggoda kita agar memamerkan bahwa kita sedang menghafal atau sudah banyak hafal ayat al Qur’an supaya kita jadi tinggi hati. Maka bisa kita cegah dengan memperbanyak istighfar, dan ta’awudz. Bukan berarti sama sekali tidak boleh menunjukkan bahwa kita sedang menghafal, karena ketika orang tau, bisa jadi mereka jadi ikut bersemangat. Dengan orang lain tahu, kita pun akan mendapat dukungan dari lingkungan. Tapi sekali lagi, setan tidak pernah bosan untuk mengelincirkan niat kita, maka selalulah mohon pertolongan dari Alloh.

Setan juga bisa menggoda kita agar enggan menghafal karena dirasa berat. Maka sepanjang yang saya alami, meghafal Qur’an memang butuh usaha ekstra, tapi tidak seberat yang saya bayangkan sebelumnya. Yakinlah, niat yang ikhlas akan berbalas bantuan dari Alloh. Ragukah kita bahwa Alloh akan membantu kita?

Ada saat-saat di mana kita futur, atau tidak bersemangat dan kita lupa pada niatan awal kita. Ketika ini terjadi, buka kembali ayat-ayat dan hadits2 Rosululloh yang menjelaskan tentang surga, kemuliaan, dan kebaikan yang akan Alloh berikan saat kita menjadi ahlul Qur’an (penghafal Al Qur’an). Bacalah kembali ayat-ayat yang inspiratif bagi kita, tentang kasih sayang Alloh, tentang peradaban, atau kisah2 perjuangan orang-orang terdahulu dalam mengejar impian mereka. Jika masih kurang, datangi majlis2 taklim atau komunitas orang-orang yang soleh yang sungguh-sungguh berdakwah menebar kebaikan. Atau coba perhatikan komunitas yang belum dekat dengan Islam. Rasakan nikmat yang sudah kita dapatkan dan belum mereka cicipi supaya kita bersyukur. Perbanyak juga mendengarkan tilawah dari qori’ bersuara merdu yang baik bacaan Qur’annya. Sambil terus memohon pada Alloh agar niat kita tetap terpelihara dan tidak tergelincir.

2. Memperbaiki dan memperlancar bacaan Qur’an terlebih dahulu

Jangan terburu-buru dalam menghafal. Jika kita merasa masih kurang baik dan benar membaca Al Qur’an, maka perbaiki dulu kualitas bacaan kita. Jika sulit mengikuti program tahsin, maka perbanyak ikuti bacaan qori’ murottal sebagai usaha latihan kita. Kita boleh pilih yang kita senangi. Musyari Rasyid misalnya, atau As Sudais, atau Al Khusayri. Kita latih gaya pengucapan dan nada2 mereka untuk ayat2 yang kita hafal (al fatihah misalnya). Setidaknya, hingga kita sudah cukup baik dari sisi mad (panjang-pendek) dan ghunnah (aturan pembacaan). Perbaikan cara pengucapan bisa diperbaiki sambil jalan, insyaAlloh.

Perbanyak juga tilawah Qur’an. Jika kita sudah cukup terbiasa tilawah lebih dari setengah juz per hari dengan lancar, baik, dan nyaman, insyaAlloh kita sudah cukup siap untuk menghafal.

3. Menyediakan waktu khusus, min. 2 jam setiap hari untuk menghafal Al Qur’an dan murojaah

Kita akan menemukan kendala yang cukup besar dalam melakukan sesuatu saat belum mengalokasikan waktu untuknya. Tidak hanya menghafal Al Qur’an, mengerjakan skripsi dan penelitian, laporan kerja, dan lain-lain akan sulit dilakukan tanpa ada alokasi waktu khusus. Maka pastikan dalam 24 jam kita setiap hari, kita alokasikan waktu khusus untuk menghafal dan murojaah. Maksud alokasi waku khusus adalah waktu prima kita, artinya kita tidak menyediakan sisa-sisa waktu kita. Tapi sebaliknya, waktu yang kitas sediakan adalah waktu di mana kita bisa memusatkan konsentrasi dan semangat kita. Contoh, waktu sore hari selepas Ashar menunggu maghrib atau selepas maghrib menunggu isya, atau waktu lain. Jika terbiasa bangun dini, bisa juga digunakan. Yang jelas, pilihlah waktu yang tidak membuat kita tidak konsen karena dikejar agenda berikutnya. Untuk murojaah, waktu bisa lebih fleksibel, seperti saat di angkot, berjalan, atau saat2 menganggur lainnya. Tapi tetap disediakan waktu khusus untuk itu.

Sebagai bahan masukan, saya dan mungkin beberapa saudara yang lain lebih suka menggunakan waktu ashar hingga maghrib, karena itu waktu yang lowong, cukup tenang, dan tidak terburu-buru mengejar agenda setelahnya.

4. Mencari tempat yang paling kondusif

Jangan remehkan tempat kita menghafal, karena dampaknya cukup signifikan. Pilihlah tempat yang punya ventilasi baik, pencahayaannya bagus, tidak berisik, dan dingin atau sejuk. Saya pribadi lebih suka di beranda masjid karena biasanya ada angin sepoi-sepoi yang bertiup kalau sore hari. Selain itu, kalau di masjid saya bisa lebih fokus karena jauh dari “rangsangan” di samping masjid kan rumah Alloh. Kalau teman2 punya loteng atau dekat dengan gedung tinggi (seperti di kampus) sepertinya bisa jadi pilihan tempat yang cukup menarik meskipun saya belum pernah mencobanya

5. Membuat target secara bertanggung jawab

Yang saya maksud bertanggung jawab adalah tidak rendah namun tetap realistis untuk dicapai. Kita harus memasang target setinggi mungkin selama masih bisa kita capai. Jangan hiraukan godaan setan yang meminta kita untuk menetapkan standar rendah. Percaya deh, kalau kita terbiasa menetapkan standar tinggi buat kuta sendiri, insyaAlloh kualitas diri kita pun akan lebih mudah untuk melesat.

Namun seyogianya, tingginya standar kita tidak mustahil untuk dicapai. Saya pernah membaca sebuah buku yang menyatakan bahwa ada yang mampu menghafal 1 juz dalam waktu satu hari. Sehingga dalam waktu sebulan dia telah mampu hafal Qur’an. Dahsyat bukan...? Tapi setelah saya cermati, itu terjadi pada orang Arab yang bahasa sehari-harinya juga bahasa Arab (bahasa Qur’an) dan 1 bulan itu adalah Ramadhan. Ia tidak memiliki aktivitas atau tanggung jawab apa-apa sehingga kegiatan hariannya adalah i’tikaf di masjid.

Bagi saya, target 1 halaman per hari cukup realistis. Awalnya saya pikir itu juga berlebihan, tapi setelah dilakukan ternyata orang normal (yang tak jenius) seperti saya bisa melakukannya tanpa harus berdarah-darah, bahkan konsisten hingga sekarang. Alhamdulillah. Teman2 bisa mencobanya sendiri.

Tapi andaikan memang dirasa masih berat, tidak mengapa dikurangi asal kita tetap mampu mencapainya, dan dibuat harian (jangan pekanan) agar semangat kita kontinyu, tidak fluktuatif.

Ketika kita menetapkan target, pastikan itu target yang akan benar-benar kita penuhi. Kita membuat janji pada Alloh dan berusaha sekuat mungkin untuk mencapainya. Bahkan kalau perlu, jangan sampai kita tidur di malam hari tapi target kita belum terpenuhi. Ini buat mengasah kesungguhan kita dan memberikan pengkondisian pada sikap mental kita supaya serius.

6. Menjauhi segala bentuk maksiat

Banyak pernyataan yang mengungkapkan kalau kita banyak maksiat ntar hafalannya berkurang. Bagi yang percaya dengan pernyataan itu, sah-sah aja kok. Tapi saya pribadi lebih cenderung menganggap bahwa maksiat itu melemahkan semangat kita dalam menghafal atau murojaah. Akibatnya, intensitas dan kualitas murojaah dan hafalan kita berkurang, dan pergilah hafalan kita.

Untuk itu, sebagai calon penghafal Qur’an, kita harus menjaga diri sebisa mungkin dari maksiat. Ya mata, ya mulut, ya telinga, ya tangan, ya pikiran, ya semuanya. Tentu, usaha kita itu tidak akan sia-sia di hadapan Alloh. Alloh akan menggantinya dengan sesuatu yang manis, tapi tidak dirasa lidah. Sesuatu yang indah, tapi tidak dilihat mata. Sesuatu yang wangi, tapi tak dicium hidung. Sesuatu yang merdu, tapi tak didengar oleh telinga. Dan sesuatu yang sejuk, tapi tak dirasa oleh kulit. Yang merasakannya hati kita. Kita tidak perlu menunggu di akhirat untuk bisa merasakannya. InsyaAlloh di dunia pun akan kita dapatkan jika kita sungguh-sungguh.

Oya, menjaga diri dari maksiat juga bentuk pertanggungjawaban kita terhadap Al Qur’an yang kita hafal.

7. Mengulang-ngulang sepotong demi sepotong.

Ini cara saya dalam menghafal yang menurut saya cukup efektif. Kalau teman2 punya cara sendiri ya dipersilakan. Sekedar menambah wacana siapa tahu nanti bisa digunakan.

Untuk ayat yang panjang, pertama-tama bagi ayat tersebut dalam beberapa bagian. Kalau saya tiap bagian adalah tiap kalimat (ada subjek dan predikat). Setelah itu, kita baca berulang-ulang satu bagian, terus menerus hingga otak kita terbiasa dan beradaptasi dengan bunyi dan lafalnya. Kalau dihitung2, kira2 8-10 kali mengulang deh. Setelah itu, baru menghafal kata per kata dalam bagian itu. Misalnya pada ayat “watazawwadu fa inna khoiruzzaadit taqwa”. Kata watazawwadu dihafal dengan diulang2 diucapkan, kemudian setelah hafal dan lancar disusul menghafal kata fa inna khoruzz... tapi dengan tetap menyertakan kata yang sebelumnya sudah dihafal. Begitu seterusnya hingga selesai satu bagian. Jadi yang dihafal (diulang-ulang) pertama-tama “watazawwadu...xx”, kemudian “watazawwadu fa inna...xx”, kemudian “watazawwadu fa inna khoiruzz...xx” hingga “watazawwadu fa inna khoiruzzadit taqwa”. Setelah itu lanjut ke bagian berikutnya dan ayat berikutnya deh.

Untuk ayat yang pendek, langsung saja tidak perlu pembagian.

Nah setelah dihafal semua ayat dalam satu halaman itu, satu halaman itu saya bagi dua. Kemudian murojaahnya mulai dari ayat terakhir hingga pertengahan ayat. Kemudian dari pertengahan ayat sampai ayat permulaan. Jadi misalnya, satu halaman itu ada 6 ayat. Murojaahnya, ayat keenam dulu. Kemudian 5-6, kemudian 4-5-6. Setelah itu murojaah ayat 3, kemudian 2-3, kemudian 1-2-3. Setelah itu baru dituntaskan dari awal sampai akhir, 1-2-3-4-5-6 sebanyak 2x. Selesai deh J. Tak lupa, ayat2 yang sudah kita hafal sering2 digunakan saat kita sholat.

Khusus untuk murojaah ayat dan halaman yang sudah kita hafal sebelumnya, saya dapat tips dari Syaikh Az Zawawi, sebelum kita menghafal halaman berikutnya, kita murojaah dulu 4 halaman sebelumnya. Begitu terus setiap hari. Nah kalau hafalan kita sudah sampai setengah juz (kira2 10-11 halaman kalau pakai mushaf standar yg 1 halamannya 15 baris), jangan diteruskan dulu sebelum kita memastikan hafalan yang lalu-lalu sudah lengket. Sekali lagi jangan terburu-buru. Kalau masih ada yang kurang, perbaiki dulu sebelum dilanjut lagi.


Mudah2an yang sedikit ini bisa bermanfaat buat temen2. Al haqqu mirrobbik, falatakuunanna minal mumtarin...

Wallohua’lam bishowab

Selamat menghafal dengan ceria... :-)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?