Tentang Stigma


Dari dulu saya termasuk yang tidak setuju penyematan stigma tertentu kepada orang-orang. Cebong lah, wahabi lah, kaum bumi datar lah, hedon lah, dan lain sebagainya. Alasannya ada tiga.

Pertama, karena stigma biasanya dipakai cuma untuk menunjukkan bahwa "mereka bukan kita" dan itu membuat kita tidak objektif memandang persoalan. Saat ada satu isu yang direspon oleh pihak yang kita beri stigma, di kita langsung muncul prasangka.

Kedua, karena stigma tak jarang berujung pada generalisasi yang tidak benar. Kadang tidak jelas indikatornya kenapa seseorang diberi sebutan tertentu. Mengkritik Pemerintah dianggap belum move on, bahas pelanggaran HAM era Orba dianggap dukung PKI, celana cingkrang dibilang wahabi. Ini juga bikin kemampuan kita mencerna persoalan secara jernih jadi berkurang.

Ketiga, dan ini yang paling penting menurut saya, karena stigma bisa membuat seseorang jadi benar-benar menjadi apa yang distigmakan. Orang yang sering dapet stigma liberal, lama-lama dia jadi liberal betulan. Orang yang sering dapet stigma radikal lama-lama dia jadi radikal betulan.

Benar bahwa stigma tidak muncul dari ruang hampa. Seseorang bisa dituding ini itu tentu ada latar belakangnya. Tapi seringnya penyematan stigma itu menafikan manusia sebagai makhluk yang kompleks. Ribuan atau bahkan jutaan orang mau dikelompokkan menjadi satu "kategori" saja dengan istilah yang tidak benar-benar mewakili kondisi sebenarnya.

Kalau menurut saya sih kita lebih baik menjauhi penyematan stigma tertentu pada orang-orang. Bukankah Al Qur'an melarang kita memanggil dengan sebutan yang buruk?

Wallohua'lam

Comments

  1. Ijin mengomentari.

    "Benar bahwa stigma tidak muncul dari ruang hampa. Seseorang bisa dituding ini itu tentu ada latar belakangnya. Tapi seringnya penyematan stigma itu menafikan manusia sebagai makhluk yang kompleks. Ribuan atau bahkan jutaan orang mau dikelompokkan menjadi satu "kategori" saja dengan istilah yang tidak benar-benar mewakili kondisi sebenarnya."

    Menafikan manusia sebagai makhluk kompleks ini bagaimana maksudnya?

    Sepemahaman saya orang mendapat stigma itu karena
    1. Kehadiran.
    Saya hadir di pertemuan partai A.
    wah si itu sekarang di partai A.

    2. Mengikuti life style.
    Suatu hari saya pakai celana cingkrang.
    Wah si itu sekarang jadi wahabi.

    3. Pemikiran.
    Suatu hari saya bilang agama apa saja sama.
    wah sekarang jadi liberal ya.

    Contohnya lagi :
    Saya sering kumpul sholat di masjid.
    Eh si itu orang islam ya? Ya jelas lah orang islam lah kan sholat di masjid.
    kalau tidak mau di sebut islam ya jangan terlihat sholat di masjid.


    Sebutan-sebutan itu wajar saja.

    Kalau tidak mau dapat sebutan bisa saja.

    dalam fikiran saya itu hanya bisa dilakukan jika kita hidup di hutan sendirian.
    tidak ada yg melihat dan tidak ada yang memberikan sebutan/stigma.

    atau mungkin masih ada sebutan untuk hal itu.

    Mohon maaf apabila ada kepeleset kata.

    ReplyDelete
  2. Tidak apa-apa Pak. Terima kasih atas samapaian pemikirannya.

    Menafikan manusia sebagai makhluk yang kompleks, misalnya menyebut seseorang liberal hanya karena mengamini pemikiran orang-orang semacal Ulil Abdala dalam sebuah persoalan. Sementara bisa jadi yang bersangkutan tak setujua pada persoalan yang lain.

    Stigma, dalam konteks ini bukan sekedar sebutan. Ada pengasosiasian yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap hal lain dengan atribut-atribut tertentu. Dan yang namanya stigma, asosiasinya cenderung ke arah yang kurang baik.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?