The Myth of Religious Violence: Komentar


Awalnya saya baca dari share seorang teman di fb. Penulisnya Karen Armstrong, diposting di The Guardian. Tulisan lengkapnya bisa dibaca di sini.

Paparan yang cukup menarik.

1.
Sekulerisasi (pemisahan agama dari urusan publik) diyakini dunia barat sebagai langkah untuk menciptakan dunia yang lebih baik, damai, dan demokratis, karena ada anggapan agama seringkali jadi sumber kekerasan. Tapi penulis memaparkan beberapa kasus (banyak malah), dimana proses sekulerisasi, ataupun pemerintah sekuler yang sudah berdiri di banyak tempat di dunia juga tak luput dari aksi-aksi penindasan, bahkan pembantaian. Di sini seolah-oleh penulis ingin menyampaikan, mengidentikkan agama dengan kekerasan dan sekulerisme dengan perdamaian adalah tidak relevan.

2.
Ada kasus menarik, ketika revolusi meletus, Masyarakat Prancis berupaya keluar dari pengaruh agama, dengan mendeligitimate otoritas Gereja pada waktu itu. Mereka memilih untuk menjadi masyarakat sekuler. Tapi setelah itu mereka justru membuat "agama" baru dimana posisi 'negara' menggantikan posisi Tuhan. Ketika Napoleon menginvasi Prusia tahun 1807, para prajuritnya didoktrin agar mereka rela mati demi negara. Saat itu, yang dianggap terhormat adalah mati demi negara, bukan mati demi Tuhan.

3.
Penulis termasuk yang menganggap sekulerisme adalah produk budaya, hasil proses adaptasi berkepanjangan yang lahir dari dinamika sejarah masyarakat Eropa. Namun dia bukanlah hukum alam yang berlaku universal. Dia bisa saja dipandang ideal bagi masyarakat barat, tapi tidak untuk masyarakat di belahan dunia lainnya. Sehingga tidak bijak ketika masyarakat Barat memaksakan isme seperti itu. Sekulerisme yang dipaksakan berdiri di tempat lain bisa berarti perampasan hak masyarakat untuk hidup sesuai caranya sendiri.


Wallohua'lam

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Saya Berhenti Liqo? (II)

Mengenal Gerakan Islam di Indonesia

Mengapa Muhammadiyah?