Posts

Showing posts from 2014

Ketika yang Halal Tercampur yang Haram

Image
Jasmine Flowers : Natgeo Seseorang datang kepada Imam Syafi’i mengadukan tentang kesempitan hidup yang ia alami. Dia memberi tahukan bahwa ia bekerja sebagai orang upahan dengan gaji 5 dirham. Dan gaji itu tidak mencukupinya. Namun anehnya, Imam Syafi’i justru menyuruh dia untuk menemui orang yang mengupahnya supaya mengurangi gajinya menjadi 4 dirham. Orang itu pergi melaksanakan perintah Imam Syafi’i sekalipun ia tidak paham apa maksud dari perintah itu. Setelah berlalu beberapa lama orang itu datang lagi kepada Imam Syafi’i mengadukan tentang kehidupannya yang tidak ada kemajuan. Lalu Imam Syafi’i memerintahkannya untuk kembali menemui orang yang mengupahnya dan minta untuk mengurangi lagi gajinya menjadi 3 dirham. Orang itupun pergi melaksanakan anjuran Imam Syafi’i dengan perasaan sangat heran. Setelah berlalu sekian hari orang itu kembali lagi menemui Imam Syafi’i dan berterima kasih atas nasehatnya. Ia menceritakan bahwa uang 3 dirham justru bisa menutupi seluruh kebu

Kilang Pertama

Image
Pompa sumur minyak terus beroperasi siang-malam (sumber foto: di sini ) Tahun 1859, dunia memasuki era baru. Waktu itu Edwin L. Drake berhasil mengebor sumur minyak bumi untuk pertama kalinya di Titusville, Pennsylvania. Berita itu menyebar cepat hingga ke Hindia Belanda, dan 12 tahun kemudian Jan Reerink mencoba peruntungannya mencari sumur lainnya di tanah Jawa. Cibodas, Tangat, Maja, Majalengka, sampai Cirebon pernah ditelusurinya untuk mencari si 'emas hitam'. Tapi nampaknya nasibnya belum mujur. Satu dasawarsa kemudian di sebrang lautan, di daerah Langkat, Sumut, Aeliko Janszoon Zeijlker, seorang administratur perkebunan tembakau, kebetulan sedang berteduh dari guyuran hujan di sebuah gubuk. Berhubung hari makin gelap, seorang mandor yang menemaninya menyulut obor untuk penerang malam. Obor ini lain: lebih benderang. Sang mandor rupanya membasahi ujung obornya dengan cairan di belakang gubuk. Terdorong rasa ingin tahu, Zeijliker mengambil cairan itu. Terkaannya, c

Melatih Diri Bersikap Objektif

Image
Island in the Sky : Natgeo Kadang mungkin kita tergoda untuk bersikap subjektif dan terpenjara oleh ‘keberpihakan’. Kita menjadi tidak bebas berpendirian. Tidak bisa berpikir kritis dengan merdeka. Contoh paling konkret mungkin adalah ketika kita lebih memperhatikan sebuah pesan berdasarkan siapa yang menyampaikan pesan itu ketimbang substansi pesannya. Saat kita tahu pesan itu berasal dari pihak yang kita tidak sukai, misalnya, maka ada kecenderungan untuk menolak. Paling tidak ada wanti-wanti atau prasangka negatif, meskipun mungkin tidak kita sadari atau akui. Namun sebaliknya apabila pesan itu berasal dari pihak yang kita sukai, ada kecenderungan untuk menerima. Prasangka kita cenderung baik terhadapnya. Suka atau tidak suka terhadap sesuatu tentu sah-sah saja. Itu hak setiap orang yang tak elok rasanya kalau dipaksakan. Namun ceritanya akan berbeda kalau keberpihakan seperti itu mempengaruhi objektifitas kita menilai persoalan. Persoalan yang dinilai dengan tidak objektif

Tak Perlu Alergi dengan Asing

Image
A cherry tree sits under the stars : Natgeo Saya ingin beranalogi: Di suatu kampung, ada tanah kosong. Tanah itu kebetulan tandus. Karenanya, warga kampung yang mayoritas petani nggak tertarik menanaminya. Suatu hari ada orang kota yang ngeliat tanah itu menganggur, nggak diapa-apain. Sayang, pikirnya. Dia punya ide, gimana kalau seandainya tanah itu dijadiin kolam ikan. Dia ngerti tekniknya sementara warga kampung tidak. Singkat cerita, dia minta izin sama kepala kampung buat bikin kolam. Karena kepala kampung ini demokratis, dia minta pendapat warga. Sebagian warga setuju-setuju saja. Tapi sebagian besar menolak, dengan alasan tanah itu adalah tanah mereka. Mereka nggak ingin hasil dari tanah itu dinikmati orang kota, sementara mereka nggak dapat apa-apa. Maka si orang kota ini nawarin, nanti kalau kolamnya jadi dia janji bakal mempekerjakan pemuda-pemuda desa yang masing nganggur. Trus sebagian hasilnya nanti (ikan) bakal dijual ke warga desa dengan harga lebih murah. B

Rumus Menyikapi Penghinaan*

Image
Cotton Grass: Natgeo *Oleh: Aa Gym ----- Mengapa kita merasa sakit hati? Karena kita terlalu tinggi menilai diri sendiri. ----- Kita akan merasa tidak nyaman Ketika ada orang menghina, mencela, dan menjauhi diri kita. Hati menganggap ini adalah kejadian yang tidak enak. Sebuah musibah dan bala ketika dihina orang. Hati menjadi jengkel, kecewa dan sedih. Rumusnya ketika orang lain menghina, maka segeralah menyimak penghinaan mereka. Bandingkan, apa yang dikatakan orang dengan apa yang Allah ketahui tentang kita. Maksiat mata, maksiat pikiran, maksiat mulut, maksiat yang diam-diam dan tersembunyi. Bandingkan dengan celaan yang menimpa diri kita, mana yang lebih buruk? Sebetulnya penghinaan orang kepada kita jauh lebih baik dibanding keburukan kita yang sebenarnya. Kalau hati lebih sibuk memikirkan perkataan orang daripada memikirkan apa yang Allah ketahui tentang kita, maka itulah musibah yang lebih besar. Lebih buruk daripada cemoohan dan penghinaan orang-orang. Cemo

Dari Masa ke Masa

Image
Ranger Merah lagi pada ngumpul: sumber Dakwah itu... seperti film Power Rangers. Selalu saja ada dari masa ke masa. Kalau dihitung-hitung dari zaman Mighty Morphin (yg Ranger merah totemnya T-Rex) sampai sekarang, mungkin varian Power Rangers sudah ada puluhan. Padahal kalau dipikir-pikir cerita setiap episodenya hampir pasti itu-itu saja. Monster datang mengacau, lalu PR datang, awalnya PR kalah dulu tapi akhirnya si monster yg kalah. Lalu si Monster berubah jadi raksasa, lalu megazord datang, lalu si monster kalah lagi. Begitu terus, setiap edisi, setiap varian PR. Komposisinya juga tak berubah. Ada ranger merah, biru, kuning, pink (kadang diganti putih), dan hitam (kadang diganti hijau). Tiga laki-laki, dua perempuan. Sesekali ada tokoh pembantu yang 'minhum wa laisa fiihum', bukan PR tapi suka ngebantu PR. Yang berbeda? Judul tentu saja, lalu zords (totemnya), kostum, dan yang pasti pemerannya berganti. Si ranger merah, Jason diganti Tommy, lalu diganti Andros, t