Posts

Showing posts from June, 2012

Pemuda Tumbal

Pengalaman dunia bercerita, bahwa perubahan signifikan di masyarakat itu selalu saja butuh "tumbal". "Tumbal" itu adalah pemuda-pemuda yang bersedia berkorban, bersabar pada cemoohan, bertahan dalam goncangan, bekerja lebih keras, tidur lebih larut, istirahat lebih akhir, dan seterusnya. Dan saat dunia nantinya berhasil berubah, mereka, para pemuda "tumbal" itu mungkin tak akan diingat orang sebagai siapa-siapa... Tapi sungguh, Alloh nggak pernah lupa dan nggak akan pernah lupa... ------------------- Hari ini saya teringat pada sosok Goris Mustakim, senior saya yang sama-sama pernah mengecap pembinaan di PPSDMS Nurul Fikri. Beliau bagi saya adalah inspirasi yang punya nilai lebih. Entahlah, barangkali karena jalan pikirannya begitu mirip dengan jalan pikiran saya. Saya cukup kaget ketika dalam sebuah talkshow (Kick Andy kalau saya tidak salah) beliau berkata bahwa jangan sampai Indonesia kelak hanya dilihat dari Jakarta. Indonesia adalah Sabang hingg

Bang Khairul

Sebut saja nama beliau Khairul. Beliau salah satu jamaah pengajian ranting Muhammadiyah Kisaran Barat dan termasuk yang rajin dan aktif. Yang paling saya ingat dari beliau adalah wajahnya, yang mengingatkan saya pula dengan wajah seorang sahabat lama saya, Heri Eko. Ah, tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan di sini.  Jum'at itu, kami bersama beberapa jamaah lain sepakat untuk pergi pengajian rombongan (bersama-sama). Maklum kala itu pengajiannya dilakukan di Gedangan, sebuah daerah yang lumayan jauh dari tempat kami berada. Sambil menunggu beberapa jamaah yang mau datang, saya pun berkesempatan ngobrol dengan Bang Khairul, empat mata. Awalnya pembicaraan biasa, tapi lama kelamaan Bang Khairul mulai bercerita tentang kegandrungannya dengan kopi. Katanya, beliau hampir tidak bisa lepas dari kopi. Setiap sore sebelum pulang kantor, ada ritual yang mesti dilakukan: minum kopi. Usut punya usut, ternyata beliau pun sadar kalau rupanya memang kecanduan kopi. Cofee addicted .

Bimbel Dasar dan Bimbel Menengah

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah pemikiran Bapak Iwan Pranoto, guru besar ITB yang pernah memposting artikelnya di kompas.com. Bagi saya, artikel beliau cukup mencerahkan dan menawarkan perspektif baru dalam memandang pendidikan dan sinkronisasinya dengan masa depan. Dalam artikel tersebut, beliau menyuarakan kekhawatirannya atas pola pendidikan masa kini yang cenderung tidak peka perubahan. Beliau menilai di era kini, kemampuan bernalar tingkat tinggi adalah sebuah tools yang teramat penting. Namun sayangnya sekolah-sekolah kita tidak mengajarkan itu pada para siswanya. Sekolah-sekolah masih saja berorientasi mendidik siswa untuk "menghafal informasi". Orientasi seperti itu beliau nilai keliru, karena yang lebih penting adalah bagaimana para siswa nantinya bisa memanfaatkan informasi, bukan sekedar menyimpannya. Beliau berpendapat, masalah penyimpanan dan pencarian informasi di zaman ini sudah bisa diserahkan tugasnya pada mesin. Google misalnya. Oleh karena itu si

Terbata-bata hingga Menjadi Bisa

Ini sepenggal cerita sederhana tentang seorang anak yang malas belajar mengaji. Di zaman SD dulu, ketika teman-temannya sibuk sekolah arab (sekolah mengaji) selepas pulang sekolah, dia lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah main Nintendo. Atau kalau sedang rame, dia juga main sepakbola di halaman depan rumahnya. Tak ada guru khusus yang mengajarnya mengaji. Praktis hanya ibundanya yang mengajarnya iqro 1-6 selepas sholat maghrib, itupun dengan susah payah. Hari yang paling disenanginya ketika itu adalah hari Sabtu, karena di hari itu ibundanya membiarkan dia "libur" mengaji. Pernah suatu kali karena sudah kelewat malas mengaji, ibundanya mengancam melarangnya main nintendo sebelum dia mau mengaji. Karena tak tahan sehari tanpa Nintendo, dengan terpaksa si anak ini pun mengaji. Dua belas tahun kemudian, ketika dia sudah beranjak SMA, level bacaan mengajinya belum beranjak banyak. Dia memang sudah bisa membaca Al Qur'an, tapi dengan seadanya bahkan cenderung ter