Posts

Showing posts from January, 2010

Tulisan tentang ACFTA

ACFTA atau Kesepakatan multi regional antara ASEAN dan Cina dalam pengadaan kawasan bebas perdagangan menuai kontroversi yang cukup beralasan. Dipandang dari sisi konsumen, hal tersebut memberikan dampak positif karena alternatif produk akan bertambah, harga barang menjadi cenderung lebih murah, dan konsumen bisa dengan lebih leluasa memilih barang dengan kualifikasi yang diinginkan mereka. Namun ternyata tidak demikian halnya ketika dipandang dari sisi produsen. Meskipun dampak positifnya produsen dalam negeri akan termotivasi untuk memperbeiki kinerja perusahaannya, kebanyakan produsen lokal masih dinilai belum siap untuk itu. Dampak positif itu dikhawatirkan terkonversi menjadi negatif menjadi kekalahan telak dalam persaingan dagang... wallohua'alam bishowab. Yang jelas, yang menjadi kunci di sini adalah kekuatan produsen dalam negeri untuk bertahan dalam persaingan semi global (ASEAN-Cina). Ibarat kyorougi dalam TaekwonDo, masing-masing partisipan harus punya strategi untuk

Lapang Hati Pilihan Hidup

Hari ketika tulisan ini dibuat, seorang teman sedang berulang tahun. Subhanalloh, 'inbox' di facebook beliau penuh dengan ucapan selamat ultah, kalimat-kalimat penyemangat dan sejenisnya. Dari sana orang yang melihat sudah agak mafhum bahwa si empunya yang ulang tahun ni adalah sosok yang cukup luwes, punya bergaulan luas, dan cukup dihargai dalam pergaulannya. Alangkah bahagianya menjalani kehidupan dunia dengan kondisi seperti itu. Di sisi lain teringat sebuah film bertajuk GIJOE. Meskipun sudah agak lawas, tapi masih cukup menarik untuk ditonton. Bagian yang sedikit berhubungan dengan tema tulisan ini adalah fragmen tentang masa kecil si 'ninja putih' yang hidup dalam iri dengki dan dendam pada orang lain. Ya, mirip kisah putra Nabi Adam as yang karena dengki, berujung pada keputusan sadis, membunuh orang lain. Dunia di pandang dari satu sisi mirip seperti koin yang punya dua wajah. Ada kabaikan dan ada keburukan. Ada terang dan ada pula gelap. Ada kegembiraan s

Solidaritas para Pengecut

Saat tulisan ini dibuat, kabar yang sedang menghangat adalah tentang kerusuhan yang dilakukan oleh massa sepakbola yang menyebut diri mereka 'bonek'. Ya, kehormatan arek-arek Suroboyo yang terbangun dan menginspirasi jutaan kaum muda Indonesia sekarang saat dengan gagah beraninya mempertahankan tanah Surabaya dari gempuran Sekutu, dilecehkan begitu saja dengan tindakan anarkis yang sama sekali konyol. Alkisah kekonyolan itu dimulai ketika mereka kecewa dengan hasil pertandingan yang melibatkan tim Persebaya kesayangan mereka. Mereka kemudian melampiaskan kekesalannya dengan menjarah stasiun dan merugikan warga setempat (Solo) termasuk para pedangan asongan. Bentrokan pun tak dapat dihindarkan, dan akhirnya pertunjukan 'tantrum' itu pun muncul. Bukan satu-dua kali para 'bonek' menimbulkan keributan. Selama ini kerusuhan kerap terjadi dan didalangi oleh kelompok masyarakat yang sama itu, Bahkan para pedangan di jalur stasiun seperti di Madiun sudah mafhum bah

Bangsa dengan Manusia Besar

Judul di atas tentu tidak bercerita tentang perjalanan Gulliver di negeri para liliput. Judul di atas adalah harapan yang saya yakin tidak hanya menjadi harapan saya, tetapi juga jutaan manusia lain di negeri ini. Kenapa bangsa ini tidak pernah besar? bandingkan dengan Malaysia yang dari segi waktu merdekanya lebih muda daripada kita. Konon lagi dengan Jepang yang pada zaman 45 sama-sama negara yang bankrut; Indonesia karena baru merdeka dan Jepang karena kalah perang dunia II. Pertanyaan di atas sudah seperti pertanyaan klise, yang dari zaman ke zaman, sekolah ke sekolah, pembicaraan ke pembicaraan terus dilontarkan tanpa kemudian disadari apa efek dari membawa pertanyaan tersebut keliling dunia. Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi penting. Dan memang begitu selayaknya. Ada beberapa jawaban yang beredar. Bahkan pembaca sekalian bisa memiliki jawaban tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan kultur dasar negeri yang menjajah. Ada juga yang mengatakan bahw

Pekerjaan dengan Tujuan

Kata-kata dalam bahasa Indonesia atau bahasa apa pun itu setidaknya terdiri dari kata kerja, kata, benda, dan kata sifat. Dan seperti menjadi suatu hal yang berlaku umum, setiap kata kerja pada umumnya akan mejadi predikat dari subjek yang dilekatinya. Begitu pula dengan kita, manusia. Predikat yang pantas kita dapatkan akan sangat terkait dengan kerja kita, aktivitas kita. Semakin berharga pe'kerja'an kita, semakin berharga pula predikat kita, yang juga berarti semakin beharga nilai diri kita. Banyak manusia yang terlupa tentang kerja yang telah, sedang, dan akan mereka lakukan. Lupa tentang nilai pekerjaan mereka yang sesungguhnya memberi nilai pada diri mereka. Ada orang yang menghabiskan waktunya nongkrong di depan TV, kongko-kongko di jalanan, mal, atau pusat-pusat hiburan untuk sekedar menghabiskan waktu. Bila didaftar pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan 'hanya' sekedar untuk menghabiskan waktu, mungkin akan penuh buku tulis berisi 100 lembar. Satu hal yang

Revival Era

Seperti halnya blog ini, segala sesuatu yang tertidur tidak boleh selamanya tertidur. Selama ia adalah bagian dari dunia, eksistensinya di dunia tidak-bisa tidak, mesti berarti. Sekecil apa pun itu. Bahkan cacing-cacing di tanah dan bakteri nitrosomonas pun memberikan manfaat dari kehadirannya di dunia ini. Seseorang tidak bisa memberikan apa-apa jika ia terus tertidur dalam 'gua'nya terus menerus So, it's time to wake up! This is Revival Era